Perkembangan industri film Indonesia jauh tertinggal dari negara-negara Asia lainnya./JIBI
Entertainment

Industri Film Indonesia Kalah Telak Dari Korea Selatan

Feni Freycinetia Fitriani
Rabu, 25 Februari 2015 - 05:42
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA--Angga Sasongko, sutradara film Indonesia  mengatakan perkembangan industri film Indonesia jauh tertinggal dari negara-negara Asia lainnya. Salah satunya dari industri film di Korea Selatan.

"Dari total 55 juta penduduk Korea Selatan, film Roaring Currents itu ditonton oleh 15 juta orang. Kita penduduk 250 juta, tapi film ditonton 1 juta orang saja sudah bangga. Ini pasti ada yang salah sama industri film nasional," ujarnya di Jakarta, Selasa (24/2).

Dia mengatakan ada beberapa hal yang harus diperbaiki pemerintah dan pelaku industri untuk membangkitkan industri film Indonesia. Faktor utama adalah melatih pelaku usaha agar menghasilkan film-film berkualitas. Sayang, dia mengatakan kualitas sineas lokal kerap kali mengecewakan penonton.

"Penonton film itu mengeluarkan uang bukan cuma untuk beli tiket bioskop. Mereka juga membayar parkir dan membeli camilan untuk nonton. Ternyata, sudah mengeluarkan uang banyak tetapi filmnya mengecewakan di 15 menit pertama. Jangan salahkan jika penonton pilih film luar negeri," imbuhnya.

Selain itu, dia juga meminta pemerintah menyelesaikan permasalahan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Bagi pelaku industri kreatif, pembahasan tentang HAKI menjadi penting karena kreativitas merupakan aset yang tak bisa dihitung (intangible asset).

"Pemerintah harus menekankan law of inforcement, khususnya soal pembajakan. Kalau banyak masyarakat mengonsumsi barang bajakan itu yang rugi bukan pelaku usaha saja, tapi pemerintah juga karena pajak juga berkurang," katanya.

Dia mengatakan banyaknya populasi penduduk Indonesia seharusnya bisa menjadi kekuatan Indonesia. Namun, dia menilai pemerintah belum memiliki strategi jelas dan komprehensif untuk mengembangkan potensi subsektor industri kreatif.

"Kami tidak meminta pemerintah menggelontorkan dana secara langsung untuk keperluan produksi. Pelaku usaha hanya perlu diberi fasilitas untuk mendapatkan modal, promosi menembus pasar-pasar baru, serta pelatihan (training). Harus ada inkubator untuk pelaku subsektor film," ujar sutradara film Cahaya Dari Timur ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro