Artemis Danza/Pinterest
Show

Pementasan Traviata: Kisah Cinta dan Tragedi

Azizah Nur Alfi
Sabtu, 30 Mei 2015 - 11:40
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA– Kisah cinta romantis tidak hanya dimiliki kisah cinta Romeo dan Juliet. Kisah percintaan antara Violetta dan Alfredo tidak kalah menarik untuk disaksikan.

Kisah cinta mereka dapat disaksikan dalam pementasan Traviata pada 14 Juni 2015 pukul 20.00 di pusat kebudayaan Ciputra Artpreneur Theatre. Pertunjukan berdurasi satu jam itu menjadi bagian perjalanan Artemis Danza, yang juga akan tampil di Hong Kong pada 12 Juni 2015.

Pementasan Traviata merupakan kisah dari opera La Traviata dari tahun 1853 yang legendaris, baik di Italia sebagai negara asalnya maupun dipanggung internasional.

Cerita dimulai di sebuah pesta yang diadakan di rumah seorang courtesan (pelacur) Paris yang cantik dan terkenal bernama Violetta. Pada pesta tersebut, dia berkenalan dengan Alfredo Germoni seorang pria turunan bangsawan yang telah mencintai Violetta sejak lama.

Meski awalnya menolak, Violetta menyerah dan membalas cinta Alfredo yang dirasa mencintai dirinya secara tulus. Sejak itu, Violetta rela melepaskan pekerjaan dan kesenangannya untuk mencari uang demi hidup bersama dengan kekasihnya. Violetta bersama Alfredo hidup sederhana dan damai di pedesaan.

Kisah berlanjut saat Violetta harus meninggalkan Alfredo demi reputasi baik pria yang sangat dicintainya. Hatinya sakit ketika Alfredo berpikir Violetta telah mengkhianati dirinya untuk kembali mengejar uang.

Alfredo yang sakit hati terus menghina wanita yang dicintainya di depan seluruh publik. Sayang, Alfredo baru menyadari kesalahannya dan pengorbanan yang telah Violetta lakukan, ketika wanita itu sakit dan sekarat di tempat tidurnya.

Indonesia Opera Society Erza Setyadharma menuturkan pertunjukan opera bukan hal baru di negara Barat, berbeda halnya di Indonesia. Pertunjukan berdurasi 1 jam, dari durasi 3 jam di negara asalnya, menjadi pembelajaran baru bagi masyarakat Indonesia untuk terbiasa menyaksikan pertunjukan opera.

“15 tahun opera di Indonesia, lebih dari 20% dari total masyarakat menggemari musik klasik sebagai akar dari Opera. Pada 1999, Opera di Indonesia masih ‘merambah hutan’,” tuturnya

Erza menjelaskan menyaksikan pertunjukan Opera hanya perlu daya imajinasi dari penonton. Setiap gerak tari memperlihatkan perasaan dan jalan cerita dari setiap tokohnya, yang dapat dicerna dengan imajinasi. Baik berupa kesedihan dan kegembiraan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Azizah Nur Alfi
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro