Bisnis.com, JAKARTA- Tari Bedoyo Kirono Ratih Dari Surakarta dimainkan oleh sembilan penari.
Pementasan oleh tujuh penari khusus di festival Pasar Klewer Solo di Summarecon belum lama ini, merupakan jumlah minimal penari untuk bisa menarikan Bedoyo Kirono Ratih.
Jumlah sembilan penari ini ternyata bukan sekedar soal formasi, tapi mengandung filosofi tertentu.
Koordinator Grup dari Keraton Surakarta Hadiningrat GKR Timoer Rumbai Kusuma Dewayani menuturkan sembilan penari Bedoyo Kirono Ratih lambang dari sembilan lubang yang ada dalam diri manusia. Yakni hidung, telinga, mulut, dubur, vagina, dan mata. Sembilan lubang ini mengandung filosofi bahwa dari manusia ada lubang untuk sesuatu yang baik dan tidak baik.
Dia mencontohkan, hidung digunakan untuk menghirup udara yang baik untuk kesehatan. Sebaliknya, dubur digunakan untuk mengeluarkan apa yang tidak berguna dalam diri manusia.
Formasi sembilan penari dalam Tari Bedoyo Kirono Ratih memiliki jabatan dan tugas yang berbeda. Yaitu bata sebagai penari utama, endel, endel weton, apit ngarep, apit mburi, gulu, dhada, mbuncit, apit mlaku, apit meneng. Tugas terberat diemban oleh bata, karena dia yang bertugas sebagai panutan penari yang lain dan menentukan kesuksesan dari pementasan Tari Bedoyo Kirono Ratih. Jika seorang bata kehilangan konsentrasi, maka fokus penari lainnya dapat bubar.
Dia menuturkan bata merupakan penari terberkati atau terpilih, selain karena melihat kemampuan tariannya. Bata tidak ditunjuk oleh siapapun, tapi akan terlihat dengan sendirinya.
Ada kepercayaan jika yang menjadi bata biasanya terlambat menikah. Yang jadi bata tadi usianya 30 atau 32. Dulu saat saya menari selalu jadi bata, dan saya menikah umur 33 tahun, terangnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
