Bisnis.com, JAKARTA- Pementasan Tari Bedoyo Kirono Ratih yang langsung dibawakan penari dari Keraton Surakarta memiliki pesan dalam setiap gerakannya. Dari penggunaan properti panahan hingga formasi sembilan penari mengandung filosofi tertentu. Anda yang tertarik belajar tarian karya GKR Wandansari pada 1980an, yang dalam formasi aslinya berdurasi 45-60 menit, perlu memperhatikan hal ini.
Koordinator Grup dari Keraton Surakarta Hadiningrat GKR Timoer Rumbai Kusuma Dewayani menuturkan Tari Bedoyo Kirono Ratih bukan tarian sakral yang hanya dapat dipentaskan dalam kesempatan tertentu saja. Tarian ini diciptakan sebagai hiburan untuk masyarakat dan dapat dipentaskan di luar tembok keraton. Namun, tarian ini tidak diajarkan ke luar keraton. Jika ada yang ingin belajar, kami masih memperbolehkannya dengan datang ke keraton. Contohnya, biasanya seperti ISI Solo dan Yogyakarta datang untuk belajar. Begitu juga mahasiswa dari luar negeri ikut mempelajarinya, katanya.
Rumbai mengatakan tujuh penari yang tampil dalam pementasan di La Piazza Summarecon Kelapa Gading belum lama ini, rata-rata masih mengenyam pendidikan di bangku Perguruan Tinggi. Mereka datang dari putri keraton yakni mereka yang sudah terdaftar.
Tidak mudah menjadi bagian dari penari Bedoyo Kirono Ratih ini karena harus melalui proses pemilihan yang panjang dan belajar menari sejak kecil. Pemilik nama muda Rumbai Kusuma Dewayani ini mengatakan untuk menjadi penari Bedoyo salah satu syaratnya sudah belajar menari minimal lima tahun. Selain itu, yang boleh menarikan tarian Bedoyo adalah penari yang belum menikah. Namun, syarat ini tidak berlaku bagi Raja atau cucu Raja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
