Koleksi busana rancangan Anthony Tandiyono/Bisnis.com-Duwi Setiya Ariyanti
Fashion

Gambaran Era 60-an dalam Batik Lasem Karya Anthony Tandiyono

Duwi Setiya Ariyanti
Senin, 3 Agustus 2015 - 15:12
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA— Perancang mode Anthony Tandiyono menggambarkan situasi era 1960-an dalam koleksi busananya dengan menggunakan Batik Lasem.

Menurutnya, percampuran antara masa di tahun 60-an secara global dan di tanah peranakan akan memberikan sentuhan berbeda pada koleksinya. Dia menilai potret kebebasan di masa itu tergambar melalui busana siap pakainya yang memungkinkan penggunanya untuk bebas bergerak.

Tahun 50-an, katanya, kaum hawa tampil mengenakan busana yang begitu mencengkeram tubuh. Hal itu terlihat dari penggunaan korset untuk membuat pinggang tampak ramping. Satu dekade setelahnya, tampilan itu hilang dengan munculnya busana yang lebih loose dan membuat gerak perempuan lebih bebas.

“Aku mencoba memadukan kebebasan dan restriction di peranakan. Jadi shape-nya antara body hugging dan juga yang loose,” ujarnya usai peragaan busana The Legacy di Skye, Jakarta, Minggu (2/8/2015).

Alhasil, 12 busana yang ditampilkannya memiliki semangat kebebasan, muda, dan modern. Kendati baru membuat busana menggunakan batik, Anthony membuat busana berupa crop top berwarna hijau dengan celana pendek berwarna pink.

Selain itu, sentuhan peranakan terlihat dari sebuah busana dengan kerah bergaya shanghai yang berwarna dasar hijau ditambah sentuhan batik berdasar warna putih. Tampak senada, rok pensil bermotif sama dengan belahan cukup tinggi yang memungkinkan penggunanya bergerak lebih bebas.

Satu yang mencuri perhatian adalah sebuah terusan berwarna biru. Terusan dengan kerah membentuk huruf V itu begitu unik dengan bagian belakang berbahan chiffon yang dibuat menyerupai sayap.

Dia mengakui membuat busana dari batik menantang kemampuan dirinya di bidang mode. Pasalnya, batik yang hanya memiliki lebar 1,2 meter dengan panjang 2 meter membuatnya harus berkreasi seefektif mungkin.

Menyambung kain, ujar Anthony, tak mungkin dilakukan karena motif yang dibuat tak mungkin muncul dua kali. Oleh karena itu, semi finalis di Indonesia Fashion Week 2015 ini mengaku membuat busana dari batik tidaklah mudah.

“Batik itu kebanyakan lebarnya cuma 1,2 meter dan panjangnya 2 meter. Aku pilih batik tulis jadi enggak ada yang sama. Itu masalahku, enggak bisa nyambung juga. It’s quite a challenge,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro