Sandra Dewi/Instagram
Entertainment

Sandra Dewi Deg-Degan Bisnis Propertinya Loyo Akibat Rupiah Melemah

Wike Dita Herlinda
Jumat, 4 September 2015 - 06:17
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA--Kegelisahan yang menimpa para pengusaha di Tanah Air akibat terus melemahnya nilai tukar rupiah akhir-akhir ini turut dirasakan oleh aktris sekaligus model Sandra Dewi. Dia mengaku bisnis propertinya mulai melambat akibat apresiasi dolar AS.

Selebriti kelahiran Pangkal Pinang 32 tahun lalu itu merupakan CEO di resort Benoa Bay Sands Bali dan juga salah satu Direktur serta Brand Ambassador perusahaan properti ternama Paramount Serpong.

“Jujur saja dolar AS yang terus naik ini membuat aku deg-degan juga. Aku cuma bisa bilang aku percaya dengan pemerintah, mereka pasti berjuang unutk kita dan [para pengusaha] juga pasti akan dukung,” ungkapnya di sela-sela sebuah acara di kawasan SCBD, Jakarta Selatan.

Sebagai komisaris dari perusahaan properti yang cukup dikenal, Sandra mengaku telah mengantisipasi tekanan terhadap rupiah sejak jauh-jauh hari. Bahkan, sejak mata uang Garuda mulai menembus Rp13.000/dolar, dia telah memprediksi kemungkinan terburuk.

“Dari sejak rupiah Rp13.000/dolar, aku sudah memprediksi akan sampai berapa [pergerakan nilai tukar] dolar itu. Jadi memang, di setiap rapat tim kami selalu bahas. Jadi aku bekerja dengan tim yang hebat sekli, sehingga aku tidak terlalu khawatir dengan kondisi sekarang.”

Lebih lanjut, aktris yang terkenal dengan rambut hitam panjangnya itu mengaku sebagai pengusaha properti dirinya selalu menyimpan cadangan dolar dan rupiah dengan kalkulasi yang tepat.

Persiapan cadangan nilai tukar itu, lanjutnya, sangat penting bagi prediksi ke depan kelangsungan bisnis yang dijalankannya. Bagaimanapun, dia mengaku kondisi perusahaannya saat ini sudah tidak bisa lagi seagresif dulu.

Dia mengaku saat ini pembelian properti yang sedang melemah juga dirasakan langsung oleh perusahaan yang dipimpinnya. Dia menggambarkan sebelum rupiah semakin melemah, dalam 5 menit perusahaannya sanggup menjual 500 unit rumah.

“Tapi kalau sekarang memang agak melambat karena perekonomian memang sedang seperti ini. Ya sudah, kami terima saja tidak apa-apa. Toh, kami sudah punya tabungan cukup banyak. Yang jelas kami tidak bisa agresif seperti dulu. Sekarang harus pelan-pelan.”

Meski mengaku cukup khawatir dengan kondisi nilai tukar rupiah dewasa ini, Sandra mengklaim dirinya tidak terlalu ngotot untuk memacu laju pertumbuhan perusahaannya pada tahun ini.

Kan kemarin-kemarin kami sudah sangat agresif dan sudah mendapatkan banyak [margin]. Kalau sekarang harus lebih melambat [pertumbuhannya], ya sudah tidak apa-apa. Namanya juga usaha kan ada naik turunnya. Tapi menurutku, bisnis properti ini adalah yang teraman.”

Selain menyusun perencanaan yang matang untuk menghadapi potensi krisis akibat tekanan rupiah, Sandra mengaku telah melakukan berbagai penyesuaian terhadap gaya hidupnya akibat semakin tingginya nilai dolar AS.

Salah satunya adalah mengubah kebiasaan berlibur ke Amerika atau Eropa, serta kebiasaan berbelanja. “Sekarang sih kalau tidak perlu sekali, tidak usah [belanja]. Apalagi soal liburan. Mendingan sekarang ke negara Asia seperti Jepang saja, yang kursnya enggak naik banget.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro