Bisnis.com, JAKARTA--Tidak semua orang tua beruntung dapat berkumpul bersama dan selalu hadir dalam membesarkan buah hati mereka. Di beberapa kasus, terdapat orang tua yang terpaksa hidup berjauhan dari anak akibat berbagai faktor force majeur.
Sering juga ditemui orang tua yang terpaksa membesarkan anaknya seorang diri, karena pasangannya tinggal berjauhan. Misalnya, akibat tuntutan pekerjaan, perbedaan kewarganegaraan, tengah menjalani hukuman, dan sebagainya.
Tentunya membesarkan anak seorang diri dengan pasangan yang berjarak jauh bukanlah hal yang mudah. Jika salah penanganan, bisa-bisa si anak mengalami guncangan atau merasa haus akan kasih sayang yang dia butuhkan.
Psikolog Anak dari RS Asri Jakarta Alzena Masykouri menjelaskan pada dasarnya orang tua memiliki fungsi/peran masing-masing dalam membesarkan anak. Apabila salah satu fungsi tersebut hilang, tentunya anak tidak mendapatkan stimulasi yang lengkap dari orang tuanya.
Dalam keadaan normal, akan ada salah satu peran atau fungsi yang lebih dominan dalam hal pengasuhan anak. Misalnya, ayah berperan lebih besar dalam pembentukan disiplin sekaligus pengembangan kemampuan logika dalam masa pertumbuhan anak.
Sementara itu, ibu berperan banyak dalam hal penanaman nilai atau value keluarga dan pengasuhan. “Jika salah satu peran itu timpang atau hilang, mungkin saja stimulasi yang diterima anak menjadi tidak lengkap karena absennya salah satu orang tua.” ujarnya, Kamis (03/09)
Alzena, yang juga pemilik sekolah Bestariku Bintaro itu, mengatakan pasangan yang hidup berjauhan dalam membesarkan buah hatinya harus memperhatikan hal-hal detail agar anak mereka tidak kekurangan kasih sayang atau perhatian.
Satu hal yang harus dipenuhi adalah orang tua tunggal wajib mengusahakan kedua fungsi orang tua dialami oleh anak. Untuk mengisi kekosongan itu, mereka dapat memanfaatkan peran kakek/nenek/paman/bibi yang juga dekat dan terlibat langsung dalam pengasuhan anak.
Meskipun saat ini teknologi komunikasi sudah semakin canggih, dan dapat membuat jarak jauh terasa dekat, Alzena menegaskan komunikasi via gadget tetap tidak dapat menggantikan keindahan interaksi langsung dan sentuhan fisik antara orang tua dan anak.
Bagaimanapun, kemajuan teknologi itu dapat dimanfaatkan untuk membantu agar orang tua yang hidup berjauhan dengan anaknya tidak sampai putus kontak. Tujuannya, tentu saja agar masing-masing orang tua mengetahui perkembangan terkini buah hatinya.
“Paling tidak, komunikasi membantu orang tua dan anak tidak kehilangan momen-momen dalam kehidupan mereka. Kebiasaan bercerita dan berbagi dapat terus dilakukan tanpa terbatas oleh jarak,” tutur Alzena.
Lebih lanjut, untuk mencegah agar anak tidak sampai merasa ‘asing’ dengan orang tua yang jarang ditemuinya, orang tua yang berjauhan harus selalu mengupayakan keterlibatan anak dalam setiap momen kehidupan.
Misalnya, saat ayah tidak dapat hadir ketika anak sedang pentas di sekolahnya, anak dan ibu dapat merekam video khusus bagi sang ayah atau bahkan melakukan video call ketika pergelaran anaknya sedang berlangsung.
“Demikian pula terhadap anak. Komunikasi setiap hari dan kebutuhan untuk berbagi cerita pada anggota keluarga yang sedang tidak bersama harus selalu dijadikan kebutuhan yang paling utama,” lanjutnya.
Satu hal yang perlu digarisbawahi, kondisi kekosongan atau ‘ketidakberadaan’ peran salah satu orang tua akan selalu terasa oleh anak, tidak peduli pada usia berapapun. Reaksi yang muncul dari kondisi tersebut pun bervariasi.
“Ada anak yang mampu menyibukkan diri dan mendapatkan peran tersebut dari figur lain seperti guru atau keluarga dekat. Namun, ada juga yang secara ekspresif menampilkan kegelisahannya dalam berbagai bentuk perilaku.”
Jika Anda saat ini sedang berada dalam posisi yang mengharuskan untuk membesarkan anak sendirian karena jauh dari pasangan, mungkin saran tersebut dapat bermanfaat. Pastikan kebutuhan psikologis buah hati selalu tercukupi, di manapun dan kapanpun Anda berada.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
