Intervensi itu harus dilakukan sejak dini, seperti melalui program prasekolah. /Bisnis.com
Health

Penting, Pola Pengasuhan Sportif Bagi Anak

Wike Dita Herlinda
Sabtu, 13 Februari 2016 - 21:00
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Tidak semua anak beruntung dibesarkan di tengah keluarga yang berkecukupan secara ekonomi. Sebagian anak terpaksa hidup di dalam jurang kemiskinan, karena dilahirkan di tengah keluarga dengan kondisi ekonomi yang kurang mampu.

Ironisnya, sebuah penelitian terbaru dari Washington University School of Medicine di St. Louis mengungkapkan anak-anak yang tumbuh di tengah kemiskinan cenderung mengalami perkembangan otak tak maksimal.

Seperti dikutip dari Reuters, mereka ditengarai memiliki volume otak yang lebih kecil jika dibandingkan dengan anak-anak yang dibesarkan di tengah keluarga mampu. Namun, dengan cara pengasuhan yang tepat, anak dengan masalah volume otak sebenarnya tetap dapat tumbuh secara normal.

Menurut hasil studi psikiater anak dari Washington University School of Medicine Joan Luby, anak-anak yang lahir di tengah kemiskinan cenderung memiliki volume hippocampus dan amygdala lebih kecil dari ukuran normal.

Kedua areal di otak tersebut memiliki peran penting sebagai penyimpan memori dan emosi pada manusia. “Secara umum, volume otak yang lebih besar—selama masih berada di ambang batas normal—cenderung lebih sehat ketimbang otak yang kecil,” kata Joan.

Dia menjelaskan anak dengan volume otak yang lebih kecil dari ukuran normal biasanya memiliki kondisi fisik yang kurang sehat. Hal tersebut—jika ditelusuri—ternyata berkaitan dengan asupan yang tidak mencukupi sebagai dampak dari kemiskinan.

Studi yang dilakukan Joan membuktikan adanya kemiripan pola kondisi perkembangan otak pada anak-anak miskin. Namun, Joan juga menemukan faktor lain yang dapat menyelamatkan tumbuh kembang anak-anak dengan volume otak kecil.

Faktor tersebut adalah pola pengasuhan yang baik. Sebab, seorang anak berisiko memiliki otak kecil ketika mereka menjalani kehidupan yang penuh tekanan dan stres. Kondisi tersebut bisa memburuk apabila orangtua si anak melakukan kekerasan atau tidak suportif.

Joan menggunakan 145 anak berusia antara 6 tahun—12 tahun di sekitar St. Louis sebagai sampel penelitiannya. Selain dianalisis pada bagian otaknya, anak-anak tersebut dipantau perkembangannya sejak masa prasekolah melalui screening tahunan.

Screening tersebut meliputi tes tingkat stres dan apakah anak-anak tersebut telah mencapai masa puber. Pada salah satu sesi, anak-anak itu beserta orangtuanya diobservasi bersamaan. Joan dan timnya meneliti bagaimana pola pengasuhan para orangtua anak-anak tersebut.

DUKUNGAN PENGASUHAN

Dari screening tersebut ditemui fakta bahwa anak-anak dari keluarga miskin cenderung memiliki otak kecil. Hal tersebut lebih dipengaruhi oleh kurangnya dukungan pengasuhan orangtua dalam menghadapi tekanan hidup yang dialami si anak.

Meskipun belum dapat membuktikan apakah pola pengasuhan yang baik dapat mengubah volume otak anak, studi tersebut menemukan fakta bahwa anak miskin dengan masalah otak kecil lebih dapat mengatasi permasalahannya dengan pola pengasuhan yang suportif.

Meskipun ditekan kemiskinan dan memiliki volume otak yang lebih kecil, anak-anak tersebut mampu tumbuh normal karena didukung oleh orangtua yang peka, penuh atensi, dan selalu menyokong secara emosional.

Sementara itu, profesor pediatrik dari Harvard Medical School Charles Nelson menambahkan pola pengasuhan yang kurang suportif sayangnya lebih banyak dijumpai pada orangtua dengan latar belakang ekonomi kelas bawah.

“Ada latar belakangan tekanan [ekonomi] dan stres yang mungkin membuat para orangtua tersebut tidak bersikap sebagaimana seharusnya mereka bersikap. Inilah yang perlu diubah,” paparnya.

Untuk itu, sangat penting mengetahui langkah intervensi apa yang tepat untuk menyelamatkan tumbuh kembang anak yang terimpit tekanan kemiskinan dan memiliki ukuran otak lebih kecil. “Intervensi itu harus dilakukan sejak dini, seperti melalui program prasekolah.” ()

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Minggu (14/2/2016)
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro