ilustrasi
Fashion

Demam Urban Bazaar, Wadahi Kreativitas Generasi Millennial

Wike Dita Herlinda
Minggu, 26 Juni 2016 - 16:53
Bagikan

Anda gemar pergi ke mal? Coba perhatikan, tren apa yang sedang hype dan banyak menjangkiti pusat-pusat perbelanjaan di kota-kota besar Indonesia saat ini?

Jika Anda jeli, tentu akan menyadari bahwa belakangan ini mal-mal di Tanah Air banyak diminati sebagai arena berbagai kegiatan bazaar. Namun, bazaar yang sedang ngetren saat ini berbeda dengan bazaar konvensional.

Saat ini, begitu banyak generasi muda yang ramai-ramai menggelar urban bazaar tematik untuk mempromosikan produk-produk lokal—khususnya merek-merek indie—mulai dari produk jadi seperti kuliner dan fesyen, hingga produk kreatif seperti desain dan karya seni.

Bazaar semacam ini disebut pop-up market. Ada juga yang menyebutnyacurrated marketurban flea market,themed market, urban bazaar, maupunindie bazaar. Sesuai namanya, bazaartersebut mengutamakan konsep kreatif dan produk dagangan yang telah terkurasi.

Penyelenggara atau event organizer(EO) dari pop-up market biasanya menyeleksi ketat para calon pesertabazaar; yang memiliki konsep unik, kreatif, dan berbasis lokal. Tidak hanya ajang berjualan, pop-up market biasanya diisi dengan kegiatan seperti konser atau workshop.

Konsepnya pun bermacam-macam, adabazaar yang khusus menjajakan kuliner fusion, ada yang khusus menjajakan label fesyen indie, ada yang khusus menjajakan barang-barangvintage dan preloved, hingga yang khusus digelar rutin pada hari-hari tertentu.

Meskipun berawal dari Jakarta, trenpop-up market mulai menyebar di kota-kota besar seperti Surabaya, Bandung, dan Jogja. Kegiatan biasanya dilakukan dalam beberapa hari, tapi memiliki jadwal rutin setiap pekan atau bulan.

Beberapa kegiatan urban bazaar rutin di Jakarta misalnya Fashion Tuesday, Pop Up Nation, Simply Pop Up Market, Kemang Night Market, Catalyst Art Market, SOUQ dan masih banyak lagi.

Di kota-kota besar lain misalnya; On Market Go dan Sunday Market di Surabaya, Poppins Bazaar dan Pop-Up Market Santa Fe di Bandung, serta POPS Market Jogja.

Bagi penyelenggara, ide pop-up marketsebenarnya berkembang dari kemunculan berbagai komunitas bentukan para generasi millennialsIndonesia yang mencetuskan berbagai usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) kreatif.

Salah satu pop-up market yang sedang banyak dibicarakan saat ini adalah SOUQ, yang menjangkau niche marketpara muslimah dengan mengusung tema gaya hidup, bisnis, kesehatan, kecantikan bernuansa Islami.

Urban bazaar yang digelar di The Space Senayan pada penghujung Ramadan tersebut diprakarsai oleh Muslimarket.com dengan merangkul berbagai komunitas untuk menawarkan produk mereka dan bisa saling memberikan inspirasi kewirausahaan.

Berbagai komunitas yang digandeng untuk pop-up market tersebut misalnya Hijabers Community, Hijabers Mom Community, Cinta Quran, Dompet Dhuafa, socmed influencers, desainer, selebritas, dan lifestyle bloggers.

CEO Muslimarket, Riel Tasmaya, menjelaskan tren pop-up market di berbagai kota besar di Tanah Air sekaligus tumbuh bersamaan dengan meledaknya gaya hidup e-commerce di dalam negeri.

Banyak dari peserta urban bazaarsebenarnya berawal dari pemilik toko-toko online kreatif bentukan generasimillennials, yang selama ini hanya berinteraksi dengan konsumennya melalui media digital karena tidak memiliki gerai offline.

“Padahal, karakter konsumen Indonesia itu masih ingin melihat langsung seperti apa barang yang hendak dibeli. Itulah sebabnya, kami mengumpulkan label-label indie yang berkualitas untuk mendirikan geraioffline dan bertemu langsung dengan konsumennya,” katanya.

Menurut Riel, menjamurnya tren pop-up market di Indonesia telah banyak menelurkan berbagai nama besar (mulai dari desainer, label pakaian siap pakai, hingga restoran) yang mampu bersaing dan terjun ke pangsa pasar yang lebih luas, bahkan internasional.

Untuk dapat berpartisipasi di dalam sebuah indie market juga tidak sembarangan. Riel mengatakan penyelenggara pop-up market harus melakukan kurasi ketat terhadap produk dan desain calon peserta guna menjaga originalitas dan kreativitas.

“Kami mengkurasi barang-barang yang berkualitas agar bisa diteruskan untukevent-event selanjutnya. Sebab, kami berencana akan membawa acara ini pada program roadshow agar anak-anak muda berbakat dari kota-kota lain juga bisa memperkenalkan produknya.”

Terkait tema, dia mengatakan SOUQ lebih mengerucut pada gaya hidup Islami di tengah gempuran pop-up market yang berorientasi pada segmen pasar umum. Sebab, lanjutnya, pangsa pasar produk fesyen, kecantikan, dan kuliner halal sebenarnya sangat besar. Selain itu, dia percaya gaya hidup muslim bisa dikemas ke dalam acara bernuansa modern.

 

GAET KERJASAMA

Booming pasar urban ternyata menjadi ceruk pasar tersendiri bagi banyak perusahaan yang sudah mapan, misalnya saja korporasi perbankan atau pengelola pusat perbelanjaan. Tanpa menyebut angka, mereka mengaku transaksi dari sebuah pop-up market bernilai cukup besar.

Salah satu bank yang tertarik menjajaki kerjasama dengan para penyelenggara urban bazaar adalah Bank BRI.Menurut EVP Credit Card Divisin Bank BRI, Mohamad Helmi, kegiatan seperti pop-up market sejalan dengan misi bank BUMN tersebut untuk memupuk UMKM.

Bazaar semacam itu bisa menjadi sarana bagi bank untuk mempersiapkan sistem pembayarannya. Banyak dari pesertapop-up market yang berawal dari tokoonline. Namun, untuk terjun ke bisnisonline, tetap dibutuhkan bisnis offlinejuga,” katanya.

Dengan memenetrasi pasar-pasar urban, bank-bank besar memiliki kesempatan untuk menggaet transaksi lebih banyak dari kalangan anak muda dan mendorong mereka untuk bergerak ke transaksi berbasis elektronik.

Helmi berharap ke depannya tren pop-up market akan bergerak ke luar Jakarta melalui program roadshow. Sebab, selama ini 40% transaksi onlinedi Indonesia didominasi oleh warga Jakarta. “Roadshow ini akan menggabungkan konsel offline danonline store.”

Sementara itu, bagi pusat-pusat perbelanjaan, maraknya kegiatan pop-up market menjadi nilai tambah tersendiri bagi mal yang mereka kelola. Hal itu diungkapkan oleh General Manager Senayan City F. Jaclyn Halim.

Menurutnya, kehadiran berbagai komunitas kreatif dari generasi muda membawa warna baru bagi bisnis fesyen, art, dan kuliner di Tanah Air. Untuk itu, pusat-pusat perbelanjaan berlomba-lomba menggaet berbagai kegiatan bazaar urban untuk mendongkrak nilai jual.

“Kami ingin mendukung kreativitas anak muda. Pop-up market adalah sarana yang tepat karena biar bagaimanapun kegiatan belanja tidak hanya dilakukan melalui transaksionline. Itulah mengapa kami banyak berkolaborasi dengan anak muda untuk menghadirkan acara yang unik, kreatif, berkualitas, dan berbasis lokal.”

Nah, bagi mereka yang berminat menyelenggarakan pop-up market ataubazaar urban yang berkualits, ada beberapa tips yang perlu diperhatikan. Pertama, utamakan kenyamanan para peserta (tenant) dan pengunjung dengan fasilitas yang nyaman, bersih, dan aman.

Misalnya saja, dengan mendesain rutebooth yang tidak terlalu rumit dan menyediakan banyak tempat sampah dan meja serta kursi, khususnya jika sebagian besar tenant adalah berbasis kuliner.

Kedua, seleksilah dengan ketat setiaptenant yang akan berpartisipasi. Pastikan barang yang ditawarkan memiliki ide original, kreatif, unik, dan berkualitas tinggi. Jangan hanya berorientasi pada kuantitas tenantyang berpartisipasi tanpa memperhatikan kualitas.

Ketiga, buatlah agenda tambahan di sela-sela kegiatan pop-up market, seperti seminar, acara bincang-bincang, konser mini, atau kuiz agar peserta tidak bosan. Buat dan umumkanlah jadwal kegiatan per hari yang konsisten.

Bagi mereka yang berminat berpartisipasi dalam sebuah currated bazaar, ada beberapa saran yang dapat dijadikan acuan. Pertama, jajakan produk yang unik dengan tampilan yang rapi, bertema/konsep khusus, dan menarik serta mengundang rasa penasaran anak muda.

Salah satu triknya adalah menatadisplay engan konsep seunik mungkin agar menarik untuk difoto dan diunggah ke media sosial. Misalnya dengan menggunakan tema vintageatau lain-lainnya.

Kedua, jika tertarik berjualan makanan, tawarkanlah menu yang tidak terlalu rumit dan terkesan menggugah selera. Terkadang menu sederhana seperti sekadar gorengan saja sudah mampu menggaet minat konsumen di tengah hiruk-pikukbazaar.

Ketiga, jika tertarik berjualan produk fesyen, sediakan fasilitas yang nyaman seperti ruang ganti dan cermin. Selain itu, keluarkan produk dari koleksi terbaru dengan berbagai variasi tanpa perlu membawa stok dalam jumlah berlebihan agar tenant tak terkesan sempit.  

Keempat, buatlah program promosi seperti diskon dengan syarat mengunggah dan membagi foto produk yang dibeli. Selain menyenangkan bagi kantong pembeli, penjual pun mendapatkan ‘promosi gratis’ dari konsumennya.

Kelima, jika Anda adalah pemilik label yang dijajakan, jangan terlalu sering meninggalkan booth. Pelanggan biasanya akan lebih antusias jika berinteraksi langsung dengan pemiliktenant.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro