Piringan hitam/Istimewa
Musik

Piringan Hitam Kembali diminati

Azizah Nur Alfi
Rabu, 28 Desember 2016 - 09:21
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Medium perekam suara dalam bentuk vinyl atau piringan hitam kembali berjaya. Hal ini ditandai dengan sejumlah musisi dalam negeri yang tidak segan-segan merekam lagunya dalam cakram jenis plastik ini. 

Diantara sederet musisi ini adalah Nidji lewat album Breakthru. Sebelumnya, grup musik NAIF melalui album Naif (1998), Jangan Terlalu Naif (2000), dan Titik Cerah (2002), juga White Shoes and the Couples Company melalui mini album Menyanyikan Lagu2 Daerah (2014).

Salah satu perusahaan rekaman yang memproduksi album piringan hitam adalah Demajors. Perusahaan rekaman indie ini yang merilis ulang album NAIF dalam bentuk piringan hitam yakni Naif (1998), Jangan Terlalu Naif (2000), dan Titik Cerah(2002). Setiap album diproduksi 1.500 keping piringan hitam. Angka yang fantastis dari rata-rata produksi piringan hitam sebanyak 500 keping per albumnya.

Selain pada NAIF, Demajors juga menggunakan medium perekam suara piringan hitam dalam Album Vakansi (2012) dan Menyanyikan Lagu2 Daerah (2014) karya White Shoes and the Couples Company.

Pada 2017, Demajors akan merilis beberapa judul piringan hitam dalam format 12 inci dan tujuh inci. Produksi ini untuk menyambut Record Store Day Indonesia.

Rencananya, ada empat piringan hitam yang akan dirilis, yakni merilis ulang album salah satu band di Jakarta dan tiga single yang sesuai dengan format piringan hitam.

Persiapan produksi piringan hitam sudah dilakukan sejak November. Jika sesuai rencana, piringan hitam baru bisa dirilis maksimal pada April 2017. 

"Demajors berawal dari toko piringan hitam, yang kemudian menjadi label musik. Ketika menjadi label musik, budaya piringan hitam tidak pernah hilang dari keseharian Demajors. Bagi Demajors, memproduksi piringan hitam adalah romantisme dan gairah bagi Demajors," tutur Project Manager Demajors, Anthono Oktoriandi kepada Bisnis.

Pasar piringan hitam memang tidak terlalu besar di Indonesia. Namun, menurut Anthono, pasar pecinta piringan hitam masih sangat mungkin berkembang di masa depan. Apalagi, jika melihat harga alat pemutar piringan hitam dan piringan hitam itu sendiri yang semakin terjangkau.

Permintaan terhadap piringan hitam semakin meningkat, apalagi sejak ini menjadi tren. Meski begitu, permintaan ini tidak bisa disamakan dengan permintaan pada format konvensional lainnya seperti CD.

"Terlepas dari tren ataupun tidak, kami pasti akan merilis piringan hitam. Bagi kami, piringan hitam adalah salah satu gairah kami," imbuhnya. 

NAIF juga berencana merilis album ke-7 mereka yang juga dalam bentuk piringan hitam di 2017. Album yang telah dipersiapkan sejak lebih dari dua tahun itu, kini sudah memasuki tahap cover album.

Bagi grup musik yang terdiri dari David Bayu Danangjaya (vocals), Fajar Endra Taruna (guitar), Franki Indrasmoro Sumbodo (drums), dan Mohammad Amil Hussein (bass), karya musik mereka memang lebih cocok dicetak dalam medium piringan hitam. Karakter piringan hitam yang vintage seirama dengan nuansa musik mereka yang retro. Selain itu, album dalam bentuk piringan hitam juga menjadi bagian dari strategi memasarkan karya musik mereka, di tengah kondisi penjualan album fisik yang turun.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro