Referensi

Kenali Karakter dan Strategi Pasar Muslim di Buku #GenM

Azizah Nur Alfi
Minggu, 15 Januari 2017 - 07:51
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Kerudung atau jilbab dulu diasosiasikan sebagai busana puritan, santri, dan identik dengan ibu-ibu pengajian di kampung.

Namun kini, anggapan demikian berubah 180 derajat. Hijab, penggunaan kata yang kini menggantikan kerudung atau jilbab, seolah telah menjadi bagian dari tren masyarakat. Penggunaan hijab tak sekadar menjadi simbol kepatuhan pada perintah agama, tetapi ekspresi gaya hidup.

Sebelum booming seperti saat ini, revolusi hijab pertama kali terjadi pada 1990. Kala itu pemicunya adalah diperbolehkannya pemakaian hijab di sekolah, yang sebelumnya dilarang pemerintah. Dampaknya memicu pertumbuhan industri fesyen muslim.

Untuk kedua kalinya, revolusi hijab terjadi pada 2010-an. Pada saat itu, hijab tampil lebih modern, berwarna, dan trendi. Dengan fesyen yang makin modern, perempuan semakin percaya diri mengenakan hijab saat beraktivitas ketika pergi ke kantor, mal, tempat wisata, dan lainnya.

Berkah revolusi hijab jilid 2 juga dinikmati salah satu brand kosmetik, seperti Wardah. Sejak 2010, Wardah mampu tumbuh 50-100% tiap tahunnya dan menjadi pemain utama di industri kosmetik Indonesia.

Lantas apa pemicunya? Dalam buku #GenM: Generation Muslim, Yuswohady menjelaskan kebangkitan Muslim fashion designer yang mendorong citra hijab naik level. Mereka mampu menawarkan busana sesuai karakter #GenM. Revolusi hijab ini yang juga mendorong revolusi pada kosmetik halal.

Selain bidang fesyen dan kosmetik, Yuswohady juga mengulas geliat pasar Muslim dalam sejumlah bidang di buku ini. Tengok saja bagaimana gaya hidup halal menjadi salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan mereka. Mulai dari makanan halal, keuangan syariah, umrah dan turisme halal, pendidikan Islam, zakat, infaq, sedekah, dan wakaf, serta media dan dakwah.

Tiap industri diulas menjadi satu bab khusus. Setiap bab menguraikan strategi menggarap peluang pasar Muslim, baik dari industri kosmetik, makanan, media, hingga dakwah.

Dalam buku ini, Yuswohady menjabarkan karakter #GenM. Berbeda dengan Generasi X, Y (milenial), dan Z yang konsep pengelompokannya mengacu pada kejadian dan pengalaman sosiohistoris yang terjadi di Amerika Serikat. #GenM merupakan generasi unik Indonesia. Lahir di pengujung tahun 1980an, generasi ini ditandai dengan empat karakteristik yakni religius, modern, universal, dan makmur.

#GenM adalah konsumen yang modern dan memiliki pola pikir global. Mereka tumbuh dengan budaya pop sebagai identitas mereka. Fenomena #GenM berhasil menununjukkan bahwa Islam dan budaya pop, yang kerap digambarkan saling bertentangan, rupanya dapat berjalan beriringan. Maka, strategi pertama untuk memenangkan peluang pasar #GenM adalah mereka harus hadir dengan personalitas #GenM.

Terkait strategi ini, penulis bercerita strategi Felix Siauw mampu menghadirkan konten agama yang relatif berat menjadi ringan dan kekinian kepada #GenM. Buku yang ditulis Felix Siauw yang bermuatan dakwah penuh dengan visual warna-warni seperti novel remaja. Pola pendekatan pada #GenM diikuti dengan aktif ngetwit dengan gaya yang asyik. Aktif di media sosial menjadi mutlak karena karakter #GenM dekat dengan perangkat teknologi.

Buku #GenM: Generation Muslim patut dibaca sebagai acuan mengenal karakter pasar #GenM untuk menghadapi geliat pasar halal yang diprediksi paska 2019. Ini menyusul diimplementasikannya Undang-Undang Jaminan Produk Halal (UU JPH).

Judul Buku: #GenM: Generation Muslim
Penulis: Yuswohady, Iryan Herdiansyah, Farid Fatahillah, dan Hasanuddin Ali
Penerbit: Penerbit Bentang
Tebal:285 halaman
Cetakan:Pertama, Desember 2016
ISBN: 978-602-291-260-6

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Azizah Nur Alfi
Editor : Saeno
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro