Fashion

Startup Kuliner yang Kian Dilirik

Azizah Nur Alfi
Minggu, 22 Januari 2017 - 10:44
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Terhitung sudah lima kali bagi CEO sekaligus founder Gorry Gourmet, William Susilo, menolak tawaran investasi dari perusahan modal ventura asing. William beralasan tawaran ini hanya pemberian modal, tanpa disertai pendampingan kepada startup katering sehat online ini.

Hingga kemudian, William ikut serta dalam Foodies Tech Startup Hunt 2016-2017, sebuah kompetisi bisnis yang diselenggarakan Parama Indonesia di bawah manajemen PT LiMa Ventura. Dari 50 peserta yang mendaftar, Gorry Gourmet keluar sebagai pemenang pertama. William bersama empat pemenang lain mendapatkan pendanaan berupa penyertaan saham senilai total Rp15 miliar.

"Kami banyak menerima tawaran modal ventura asing. Namun, banyak dari mereka hanya menambah dana, tetapi minim pendampingan. Sementara, bagi startup perlu dikenalkan pada jaringan distribusi baru untuk berkembang lebih besar. Karena percaya atau tidak, tanpa pendampingan itu, sama saja kami merasa bekerja kepada orang dengan begitu banyak target," katanya.

Dari kompetisi ini, dia berencana mengalokasikan pendanaan ini untuk pengembangan teknologi. Saat ini, Gorry Gourmet sedang mengembangkan alat yang mampu menerjemahkan hasil tes darah pada kebutuhan nutrisi dalam makanan. Selama ini, satu ahli nutrisi menyelesaikan maksimal 30 hasil laboratorium yang kemudian diterjemahkan menjadi kebutuhan nutrisinya. Dengan alat tersebut, maka diharapkan mampu menerjemahkan ratusan hasil laboratorium medis yang masuk. Saat ini Gorry Gourmet memiliki 3.000 resep makanan lengkap dengan kandungan nutrisinya.

William meyakini katering sehat online masih akan terus tumbuh. Hal ini melihat kecenderungan tren gaya hidup sehat yang kian digemari hingga beberapa tahun mendatang. Sementara, pasar katering sehat di Indonesia belum banyak tergarap.

Foodies Tech Startup Hunt 2016-2017 merupakan kompetisi bisnis kedua yang diselenggarakan Parama Indonesia. Sebelumnya, Parama mengusung tema fesyen untuk kompetisi bisnis serupa. Voyej, startup di bidang bisnis barang-barang bermaterial kulit, menjadi pemenang dan tengah menyelenggarakan pameran di Jerman.

Startup kuliner dipilih karena sektor kuliner ini dianggap terus tumbuh. Belum lagi, menurut Direktur PT LiMa Ventura Fadri Effendy, startup berbasis teknologi menjadi solusi di tengah kecenderungan konsumen menginginkan sesuatu yang lebih simpel.

"Potensi kuliner makin meningkat. Orang tidak saja menggemari kuliner, tetapi bergeser ke yang lebih simpel," imbuh Fadri.

Kompetisi startup kuliner juga digelar Bekraf pada November kemarin. Dari 611 pendaftar Foodstratup Indonesia, terpilih 10 startup kuliner yang akan mendapat pendampingan Bekraf. Deputi Akses Permodalan Badan Ekonomi Kreatif Fadjar Hutomo menyebut sektor kuliner rata-rata tumbuh 7%-14% per tahun dalam kurun waktu lima tahun ini. Pertumbuhan paling tinggi adalah minuman sebesar 14% per tahun. Kuliner merupakan salah satu subsektor unggulan, selain fesyen dan kriya, yang berkontribusi besar terhadap PDB nasional. Kuliner menyumbang 34% dari sektor ekonomi kreatif.

"Kami sedang mencari talenta di bisnis kuliner. Yang nantinya tidak hanya menjadi ikon dalam negeri, tetapi juga menjadi brand Indonesia yang merajai dunia," harapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro