Ketupat/Istimewa
Fashion

Menilik Makna Halal Bi Halal

Ipak Ayu H Nurcaya
Sabtu, 1 Juli 2017 - 07:47
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Dalam suasana Lebaran masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan unik yakni bersilaturahmi dalam kegiatan Halal Bi Halal.

Presiden Indonesian Gastronomy Association Indra Ketaren menilai kebiasaan tersebut merupakan contoh perpaduan budaya Hindu Budha dan Islam. Halal Bi Halal jyga membentuk corak tersendiri di dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

"Oleh para wali dan sunan, corak kebudayaan yang lama tidak dihilangkan dengan alasan agar masyarakat tidak terlalu kaget dengan perubahan. Dengan demikian, ajaran Islam dapat diterima dengan mudah dan tanpa ketakutan," katanya, Sabtu (1/7/2017).

Kaum ulama menyadari bahwa masyarakat Indonesia bersifat plural, masyarakat yang beranekaragam dalam hal bahasa, budaya, dan suku-bangsa. Unsur-unsur tradisi masih melekat dapat dirasakan hingga sekarang, di antaranya tradisi acara Halal Bi Halal yang merupakan kekhasan sinkretisme dalam masyarakat Indonesia.

Indra menuturkan Halal Bi Halal secara harfiah berarti yang halal dengan yang halal atau yang boleh dengan yang boleh. Berarti pula saling melepaskan ikatan, atau saling mencairkan hubungan yang membeku sebelumnya.

Dengan kalimat lain, Halal Bi Halal dapat berarti acara saling maaf-memaafkan antar sesama umat Islam.

Di Indonesia tradisi ini biasanya dilaksanakan setelah bulan puasa pada bulan Ramadhan berakhir, yakni perayaan Idul Fitri pd tahun Hijriyah.

Bila di Arab dan negara-negara Timur-Tengah, budaya saling maaf-memaafkan antar umat Islam dilakukan ketika menjelang puasa bulan Ramadhan, di Indonesia tradisi maaf-memaafkan cenderung dilakukan setelah Ramadhan, berakhir, yakni pada perayaan Idul Fitri.

"Perayaan saling memaafkan ini biasanya diformalkan menjadi acara saling mengunjungi antara saudara, kerabat, atau sahabat untuk saling meminta memaafkan."

Indra menambahkan bila ditelusuri, kebiasaan ini dilaksanakan sejak zaman kesultanan non-Arab yang memiliki budaya sendiri sebelum Islam datang. Jadilah, pengaruh budaya lokal  tersebut saling berdialektika dengan tradisi asli Islam yang mana tradisi itu kita lakukan hari ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hendra Wibawa
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro