Ilustrasi Serangan Jantung/Jibi
Health

Tiga Penyakit Ini Menjadi Beban Berat Ekonomi Indonesia

Bambang Supriyanto
Kamis, 7 September 2017 - 18:49
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Beban ekonomi Indonesia untuk biaya kesehatan diprediksi semakin meningkat seiring kian banyaknya jumlah penderita penyakit kronis, seperti jantung, kanker, dan diabetes.

Menurut laporan WHO, seperti dirilis Center for Healthcare Policy and Reform Studies (CHAPTERS), beban biaya Indonesia untuk mengatasi ketiga penyakit tersebut mencapai US$7 miliar atau sekitar Rp 93 triliun.

Selain itu, ketiga penyakit kronis itu menjadi penyebab dari separuh jumlah kematian di Indonesia.

"Biaya kesehatan makin lama naik, dan ini menjadi tantangan ke depan. Apalagi di daerah perkotaan dengan pergeseran gaya hidup masyarakat yang mendorong peningkatan penderita penyakit kronis," kata Luthfi Mardiansyah, Chairman CHAPTERS dalam keterangan resmi, Kamis (7/9).

Dia menjelaskan, beban ekonomi itu juga tercermin dari klaim BPJS Kesehatan berdasarkan penyakit, di mana penyakit kronis tidak menular (chronic non communicable disease/NCD) berkontribusi 29,7% atau sekitar Rp16,9 triliun. Dari jumlah itu, 13% berasal dari penyakit jantung, 5% kanker, dan 33% penyakit diabetes dan implikasinya.

Menurutnya, gaya hidup anak muda di perkotaan lebih rentan menderita penyakit kronis. "Dulu jarang kita dengar penyakit jantung dan penyakit metabolik terjadi di bawah umur 40 tahun, sekarang berbeda. Sekarang prevalensi pre diabetes di Jakarta saja sudah 37%, kebanyakan anak-anak muda," ujarnya.

Luthfi mengungkapkan, dari tren ini dapat dilihat bahwa kalau ini tidak ditangani dengan baik, ini akan berlanjut ke diabetes kronis dan nanti akan diobati oleh BPJS Kesehatan. "Jika tidak ditangani dengan benar, ini berpotensi gagal ginjal, dan kita bisa lihat ini akan membebani ekonomi terutama biaya kesehatan dari anggaran BPJS Kesehatan," paparnya.

Sebagai salah satu solusi terbaik, Luthfi memaparkan, upaya preventif mesti digencarkan untuk menurunkan beban ekonomi dari biaya kesehatan. "Program preventif yang inovatif perlu disusun agar memberikan deteksi dan diagnosis lebih awal," ucapnya.

Dia mencontohkan, di lingkungan perusahaan, perlu digagas upaya dan program kesehatan di lingkungan kerja seperti fitness, olahraga pagi, menyediakan snack sehat, medical check up berkala. "Area kerja yang bebas rokok juga dapat menjadi salah satu upaya preventif," tuturnya.

Selain itu, menurutnya, inisiatif lain seperti promosi perilaku konsumsi sehat kepada publik dengan fokus mencegah obesitas. Secara upstream, inisiatif ini dapat menggandeng produsen makanan atau restoran untuk mengembangkan produk makanan sehat. "Hal ini sudah dilakukan oleh Singapore Health Promotion Board," ujarnya.

Untuk penyakit kanker, Luthfi menilai, perlu dibuat program Cancer Early Diagnosis & Treatment. Dalam program itu, publik akan diperkenalkan dengan program screening cancer dengan harga yang terjangkau. Juga, perlu digalakkan program komunitas pasien penyakit kronis sehingga memberikan edukasi lebih luas kepada publik.

Dia menjelaskan, CHAPTERS sebagai lembaga kajian yang sifatnya mengkaji sistem kesehatan di Indonesia agar lebih baik berupaya untuk menelurkan pemikiran positif agar biaya kesehatan dapat efisien serta mampu mengantisipasi tantangan ke depan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro