Health

Kendalikan Stroke dengan Perilaku Sehat

Mia Chitra Dinisari
Jumat, 27 Oktober 2017 - 11:59
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak, bukan oleh sebab yang lain (WHO). Gangguan fungsi syaraf pada stroke disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik. 

Gangguan syaraf tersebut menimbulkan gejala antara lain: kelumpuhan wajah atau anggota badan, bicara tidak lancar, bicara tidak jelas (pelo), perubahan kesadaran, gangguan penglihatan, dan lain-lain. Stroke merupakan penyebab disabilitas nomor satu dan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung iskemik baik di negara maju maupun berkembang.

Stroke dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan yang akan menurunkan status kesehatan dan kualitas hidup penderita stroke, di samping itu akan menambah beban biaya kesehatan yang ditanggung keluarga dan negara.

Data world Health Organization (WHO) tahun 2012 menunjukkan sekitar 31% dari 56,5 juta orang atau 17,7 juta orang di seluruh dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Dari seluruh kematian akibat penyakit kardiovaskuler, sebesar 7,4 juta disebabkan oleh Penyakit Jantung Koroner, dan 6,7 juta disebabkan oleh stroke.

Sample registration System (SRS) Indonesia tahun 2014 menunjukkan stroke merupakan penyebab kematian utama, yaitu sebesar 21,1% dari seluruh penyebab kematian untuk semua kelompok umur.

Data badan Penyelenggara Kesehatan (BPJS) tahun 2015 menyatakan bahwa  stroke menghabiskan biaya pelayanan kesehatan sebesar Rp1,15 triliun dan meningkat menjadi Rp1,27 triliun pada tahun 2016. Hal ini berarti terjadi peningkatan pembiayaan sebesar 10,4% untuk stroke dalam kurun waktu 1 tahun.

Stroke dapat dicegah dengan pengendalian perilaku yang berisiko seperti penggunaan tembakau, diet yang tidak sehat dan obesitas, kurang aktivitas fisik serta penggunaan alkhohol. 

Konsep utama dalam penanganan stroke adalah memberikan pengobatan yang spesifik dalam waktu sesegera mungkin sejak serangan terjadi. Masalah yang muncul adalah tidak dikenalinya gejala awal serangan stroke oleh masyarakat. Alat penilaian sederhana untuk stroke adalah “SEGERA KE RS”, yaitu Senyum tidak simetris , Gerak separuh anggota tubuh melemah tiba-tiba, BicaRapelo atau tiba-tiba tidak dapat bicara atau tidak mengerti kata-kata/bicara, Kebas atau baal, Rabun, Sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba dan gangguan fungsi keseimbangan.

Dalam pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular termasuk stroke, pemerintah fokus pada upaya promotif dan preventif dengan tidak meninggalkan upaya kuratif dan rehabilitatif

Gerakan pencegahan stroke tidak hanya di gaungkan oleh Kementerian Kesehatan RI. Perhimpunan Dokter Spesialis Indonesia (PERDOSSI) bekerja sama dengan Boehringer Ingelheim juga telah meluncurkan ANGELS Initiative pada April 2017. ANGELS Initiative merupakan inisiatif dan komitmen Boehringer Ingelheim dalam meningkatkan pelayanan rumah sakit khususnya dalam penanganan stroke secara terpadu untuk mengurangi angka kejadian stroke. Adapun upaya penanganan stroke dilakukan dengan meningkatkan tindakan preventif, diagnosis dan terapi untuk stroke akut.n

Untuk menekan prevalensi stroke, ANGELS Initiative bekerja sama dengan para ahli pembimbing stroke spesialis seluruh dunia dalam mengadakan dan atau meningkatkan kualitas Stroke Center melalui program pelatihan penanganan stroke, penyediaan perlengkapan pelatihan, penunjangan proses optimasi di rumah sakit, dan penyediaan sarana sebagai wadah komunikasi dan akses bimbingan dari stroke spesialis.e

Peringatan hari Stroke Sedunia tahun 2017 mengangkat tema “What is your reason for preventing Stroke?”. Tema ini diangkat untuk menggugah kesadaran masyarakat agar lebih peduli dan waspada terhadap stroke dengan melibatkan semua pihak dalam upaya pencegahan dan pengendalian faktor risiko dengan perilaku hidup sehat, mampu mendeteksi gejala awal stroke, mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang baik, tepat  dan terjangkau saat terjadi serangan.

Berdasarkan data terkait prevelansi Stroke di Indonesia data  Riskesdas 2013 menunjukkan sebesar 12,1‰, tertinggi di provinsi Sulawesi Selatan (17,9‰) dan terendah provinsi Papua Barat, Lampung, dan Jambi (5,3‰). Adapun prevalensi stroke adalah sebagai berikut:

    1. Berdasarkan kelompok  umur : >75 tahun sebesar 67,0‰; 65-74 tahun sebesar 46,1‰; 55-64 tahun sebesar 33,0‰; 45-54 tahun sebesar 16,7‰; 35-44 tahun sebesar 6,4‰; 25-34 tahun sebesar 3,9‰; dan 15-24 tahun sebesar 2,6‰.

    2. Berdasarkan status ekonomi : tingkat bawah sebesar 13,1‰; menengah bawah sebesar 12,6‰; menengah sebesar 12,0‰; menengah atas sebesar 11,8‰; dan teratas sebesar 11,2‰.

    3. Berdasarkan tempat tinggal : perdesaan sebesar 11,4‰, dan perkotaan sebesar 12,7‰

    4. Berdasarkan tingkat pendidikan : tidak sekolah sebesar 32,8‰; tidak tamat SD sebesar 21,0‰; tamat SD sebesar 13,2‰; tamat SMP sebesar 7,2‰; tamat SMA sebesar 6,9‰; dan tamat D1,D3, dan Perguruan Tinggi sebesar 9,8‰.

    5. Berdasarkan jenis kelamin : Laki-laki sebesar 12,0‰, dan perempuan sebesar 12,1‰.  

       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro