Bisnis.com, JENEWA - Lebih dari 650.000 orang diperkirakan meninggal akibat penyakit pernafasan dari influenza musiman, kebanyakan terjadi di negara miskin.
Hal ini dikatakan Pusat Pengawasan dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, mitra dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Data tersebut berarti terjadi peningkatan pada estimasi global pada 10 tahun lalu, sekitar 250.000 – 500.000, termasuk kematian akibat influenza, kardiovaskular, dan diabetes.
Direktur Eksekutif Program Kesehatan darurat WHO, Peter Salama, mengatakan penemuan barunya, yakni kematian 290.000 – 650.000 didasarkan dari survey yang lebih besar dan berbagai negara.
"Angka-angka ini menunjukkan tingginya beban influenza dan biaya sosial dan ekonominya yang besar bagi dunia. Mereka menyoroti pentingnya pencegahan influenza untuk epidemi musiman, serta kesiapan untuk pandemi,” katanya, seperti dikutip dari laman resmi WHO, Kamis (21/12).
Dia menambahkan kematian tersebut didominasi pada orang berumur di atas 75 tahun dan di negara miskin, seperti sub-sahara Afrika yang disusul Mediterania timur dan Asia Tenggara.
Hampir semua kematian di antara anak balita dengan infeksi saluran pernapasan bagian bawah yang berhubungan dengan influenza terjadi di negara-negara berkembang, tetapi dampak epidemi influenza musiman terhadap orang-orang termiskin di dunia tidak banyak diketahui.
Kini WHO bekerja sama dengan berbagai mitra untuk memberikan panduan dan para ahlinya kepada berbagai negara untuk mengukur penyakit influenza dan konsekuensi ekonominya.
WHO mendorong negara-negara untuk memprioritaskan pencegahan influenza dan memberikan estimasi anggran belanjanya untuk membuat kebijakan pencegahan.
Selain itu, vaksinasi influenza yang dilakukan setiap tahun juga terus didorong sebagai langkah preventih untuk menekan kemungkinan semakin tingginya kasus influenza.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
