Pengunjung mengambil gambar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia Jakarta, Senin (22/1)./JIBI-Dwi Prasetya
Fashion

Ini Penyebab Generasi Millenial Tertarik Investasi di Pasar Modal

Dika Irawan
Kamis, 25 Januari 2018 - 19:25
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Generasi millenial kini mulai melirik investasi di pasar modal. Mereka seperti sudah tersadar,  saham merupakan salah satu instrumen investasi yang patut dipilih.

Berdasarkan laporan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), sepanjang 2017 investor muda mendominasi 30,06% dari total pemodal di bursa efek yang berjumlah 1.118.913  investor. Angka tersebut terdiri atas 3,82% remaja usia 20 tahun ke bawah dan 26,24% generasi muda usia 21-30 tahun.

Dominasi investor muda di pasar modal Tanah Air mengalahkan sumbangsih pemodal yang lebih senior dari rentang usia 31 - 40 tahun (25,12%), 71 - 80 tahun (1,71%), dan di atas 80 tahun (0,33%). Hal itu berarti bursa efek di negeri ini telah dirajai oleh ‘kids zaman now’.

Mengamati tren tersebut Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan generasi millenial berinvestasi ke pasar modal. Pertama, gencarnya program edukasi Yuk Nabung Saham oleh Bursa Efek Indonesia yang tidak hanya mencakup kampus-kampus Jabodetabek tetapi juga ke wilayah-wilayah lain seperti Papua dan Kalimantan.

Tidak hanya kampus, menurutnya, sosialisasi edukasi yang gencar lewat sosial media juga mendorong generasi muda tertarik untuk berinvestasi di pasar modal.

Kedua, didorong oleh kinerja bursa saham yang bagus dan relatif stabil. "Trennya positif, sekalipun turun tidak signifikan.,” ujarnya, Kamis (25/1/2018).

Dia menambahkan, bila investasi properti cenderung memerlukan dana yang cukup besar. Sementara di usia muda, jarang yang memiliki penghasilan seperti itu. Adapun investasi saham dananya tidak terlalu besar dan bisa dibantu sponsor perusahaan sekuritas.

“Billa bicara investasi jangka panjang selalu hanya dua pilihannya yaitu saham dan properti. Tetapi properti terkendala dengan dana dan biaya transaksi yang tidak sedikit. Adapun saham cukup fleksibel. Investasinya bisa dimulai dari dana kecil hingga besar. Juga, pada waktu menjual likuiditasnya [cukup fleksibel]. Bisa jual sebagian. Kalau properti likuiditas rendah dan menjualnya tidak mudah.

“Saya pikir akan berlanjut selama program edukasi [seperti Yuk Nabung Saham] terus dipertahankan. Kalau bisa terus diperbanyak. Jika bicara nilai investasinya memang rendah. Terbayangkan uang yang dimiliki oleh mahasiswa masih terbatas. Tetapi paling tidak kuantitas terlebih dahulu [digenjot]. Baru setelah itu nilai investasinya.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro