Health

Sebelum Dipecat, MKEK Sudah Panggil Dokter Terawan 6 Kali

Nancy Junita
Kamis, 5 April 2018 - 17:08
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi) Profesor dokter Moh Hasan Machfoed SpS(K) mengatakan bahwa sebelum Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Terawan Agus Putranto dipecat sementara dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) PB IDI sudah memanggil Terawan sebanyak enam kali.

Tapi, Terawan yang berpangkat mayor jenderal ini tidak datang, sehingga proses pemecatan sementara dari keanggotaan IDI sudah berlangsung dalam beberapa tahun.

“Metode ‘cuci otak’ yang digunakan untuk stroke itu sudah dilakukan selama beberapa tahun. Bukan baru kali ini. Kalau metodenya benar, ya datang saja dan jelaskan metodenya. Mengapa dia tidak datang?” tanya Hasan.

Dikatakan, tidak sedikit biaya yang harus dikeluarkan pasien untuk menjalani metode Digital Subtraction Angiography (DSA) atau ‘cuci otak’ ala Terawan. Sementara, berdasarkan bukti ilmiah hingga kini bahwa DSA dan heparin yang digunakan Terawan bukan pengobatan stroke.

Sebaliknya, DSA adalah metode untuk menegakkan diagnosis, apakah ada sumbatan di saraf atau tidak. Namun, Terawan mengklaim sudah ribuan orang sukses menjalani terapi DSA.

Hasan menyebut bahwa pasien yang mengklaim sembuh dengan metode pengobatan DSA dan heparin adalah mereka yang tidak dalam keadaan stroke. Sayangnya, metode DSA ini malah “dibengkokkan” jadi terapi stroke.

“Ini memperdayakan orang. Ini pelanggaran etik besar,” tegas Hasan.

Dari surat pemecatan Terawan sebagai anggota IDI yang diteken Ketua MKEK PB IDI dr Prijo Sidipratomo disebut bahwa Dr dr Terawan Agus Putranto SpRad melakukan pelanggaran etik serius, dan dikenai sanksi pemecatan sementara selama setahun dari 26 Februari 2018 hingga 25Februari 2019.

Hasan juga membantah jika para dokter spesialis saraf tersinggung dengan tindakan Terawan yang melakukan tindakan pengobatan pasien stroke, padahal Terawan memiliki spesialis bidang radiologi.

“Bukan masalah sekat bidang spesialis. Kalau rezeki Tuhan yang mengatur. Ini masalahnya etika, dan sudah bertahun-tahun,” katanya..

Hasan menambahkan, seorang radiolog yang normal adalah melakukan pemeriksaan dengan DSA dan menyampaikan hasil pemeriksaan DSA kepada dokter saraf untuk digunakan menegakkan diagnosis. Bukan melakukan intervensi.

Hasan menjelaskan bahwa Terawan dalam disertasinya menyebut bahwa heparin bisa mengobati stroke iskemik kronis. Yang dipakai sebagai referensi adalah Guggenmos. Padahal referensi Guggenmos menyatakan bahwa stroke dapat diperbaiki bila dilakukan implantasi microelectrodes di kortek.

“Jadi perbaikan stroke bukan karena heparin. Hal-hal yang tidak akurat semacam ini terjadi pada seluruh diskusi hasil penelitian. Itu sama artinya, bahwa tidak ada satupun referensi yang mendukung hasil disertasi.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nancy Junita
Editor : Nancy Junita
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro