PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) bersama Kemenristekdikti meluncurkan Ristekdikti-Kalbe Science Awards 2018. Seperti apa bentuk program apresiasi bagi peneliti di Indonesia ini? Simak info berikut.
Health

Ristekdikti-Kalbe Science Awards (RKSA) 2018 Hadir di Universitas Airlangga

Peni Widarti
Selasa, 8 Mei 2018 - 15:11
Bagikan
Live Timeline

Bisnis.com, SURABAYA - PT Kalbe Fama Tbk (Kalbe) bekerja sama dengan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (Kemenristekdikti RI) hari ini meluncurkan program Ristekdikti-Kalbe Science Awards (RKSA) 2018 sebagai program pengembangan penelitian melalui pemberian dana penelitian yang terkait kesehatan, farmasi, pangan fungsional,teknologi informasi dan life science.

Acara peluncuran RKSA 2018 ini diselenggarakan bersamaan dengan diskusi bertema "Strategi Hilirisasi Hasil Penelitian Untuk Meningkatkan Kesehatan Masyarakat" di Universitas Airlangga, Selasa (8/5/2018).

Ristekdikti-Kalbe Science Awards (RKSA) 2018 Hadir di Universitas Airlangga

15:10 WIB
Industri Kesehatan Mengarah ke Teknologi Kesehatan

FX Widiyatmo, Head of Corporate Business Development Kalbe Farma, mengatakan ke depan industri farmasi tidak hanya bergerak di bidang obat dan nutrisi tetapi akan mengarah pada produk teknologi kesehatan.

"Ke arah ke depan, penyakit itu kebanyakan penyakit lifestyle atau akibat gaya hidup yang tidak sehat seperti jantung, diabetes, stroke. Nah penyakit lifestyle obatnya hukan obat kimia melainkan lifestyle-nya harus diperbaiki," katanya hari ini Selasa (8/5/2018).

Untuk itu produk kesehatan berbasis teknologi akan semakin dibutuhkan misalnya alat untuk mengontrol pola makan dan kebiasaan sehari-hari, dan alat-alat diagnosis penyakit tertentu.

"Mau enggak mau kita harus merambah ke sana, masuk ke inovasi digital lifestyle," katanya.

Dalam RKSA 2018 sendiri, Kalbe Farma menyiapkan 3 kategori penelitian di antaranya kategori 1 (farma, biofarma, sel punca), kategori 2 (e-health, alat kesehatan, diagnostik), dan kategori 3 (makanan dan minuman kesehatan, produk bahan alam).

"Tiga kategori ini kita masukan dalam Risetdikti-Kalbe Science Award yang akan diujikan dalam waktu 12-18 bulan. Akan dipilih 3-5 penelitian yang akan diarahkan menuju hilirisasi produk, apakah itu dengan Kalbe atau kerja sama dengan startup melalui konsorsium," ujarnya.

12:52 WIB
Farmasi dan Pangan Jadi Prioritas Regulasi Riset oleh Pemerintah

Juliati, Kepala Subdit Registrasi Obat Baru dan Produk Biologi BPOM, mengatakan saat ini pemerintah sudah mulai bergerak dengan memberikan regulasi yang sifatnya mendukung peneliti. Dari regulasi tersebut terdapat 10 industri prioritas yang didukung pemerintah, 2 di antaranya adalah sektor pangan dan farmasi merupakan prioritas utama.

"Ini kesempatan dan tantangan besar bagi para peneliti di bidang pangan dan farmasi kalau melihat rencana bangunan industri nasional. Dan lebih bagusnya lagi sektor pangan dan farmasi ini juga masuk industri andalan, sehingga ini bisa jadi ide untuk mengarahkan penelitian ke mana," ujarnya saat paparan RKSA 2018  di Universitas Airlangga Surabaya, Selasa (8/4/2018).

Dia mengatakan sesuai Inpres No.6 Tahun 2016, pemerintah mendorong percepatan industri farmasi dan mempercepat kemandirian obat, daya saing produk farmasi, inovasi serta teknologi. Hal tersebut juga didorong oleh kondisi geografis Indonesia sangat kaya berbagai macam tumbuhan yang jika diolah dengan baik maka bisa dimanfaatkan menjadi obat maupun kosmetik.

"Memang kita akui, 96% bahan baku obat kita adalah impor. Nah harapannya dengan dukungan pemerintah ini, kita punya industri yang kuat untuk memenuhi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)," ujarnya.

Juliati menambahkan saat ini produk yang bisa dikembangkan adalah seperti biofarmasi, vaksin, radiofarma, stem cell, produk herbal dan bahan baku kimia.

BPOM sendiri, katanya, akan membantu memfasilitasi para peneliti untuk mengembangkan risetnya mulai dari mengawal dan memberikan konsultasi bimbingan, pelatihan cara uji klinik, cara membuat obat yang baik, hingga berkoordinasi dan kolaborasi dengan kementerian dan lembaga terkait.

"Untuk uji kliniknya, BPOM melakukan kerja sama dengan Litbangkes dan komisi etik agar proses persetujuan bisa dipercepat dengan sistem satu pintu," imbuhnya.

Juliati menambahkan untuk menghasilkan riset dan hasil produk yang baik dibutuhkan kolaborasi antara peneliti, akademisi, industri dan pemerintah. Tanpa ada kolaborasi, setiap pihak akan bergerak sendiri dengan tujuan sendiri.

11:42 WIB
Pemerintah Dorong Pengembangan Riset Sampai Hilirisasi

Muhammad Dimyati, Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, mengatakan pemerintah akan mendorong pengembangan riset sampai hilirisasi karena pemerintah dalam hal ini presiden pun sangat mendukung adanya riset-riset yang bermanfaat.

"Kita sangat setuju dengan Kalbe Farma yang telah menghubungkan penelitian dengan hilirisasi, karena kalau promosi sudah berjalan dengan sendirinya dan sekarang waktunya untuk mendorong hilirisasi," katanya dalam paparan Sosialisasi RKSA 2018 Selasa (8/5/2018).

Dia mengatakan dana riset Indonesia saat ini sebesar Rp36,8 triliun dan hanya Rp10,9 triliun yang digunakan untuk penelitian, sedangkan sisanya untuk pelatihan, diskusi, perjalanan dan membeli alat riset. Dari anggaran tersebut, 84% nya didanai oleh pemerintah dan bantuan swasta hanya 16%.

"Negara sebesar ini harus meningkatkan dukungan pada penelitian kalau mau maju. Kita akan inisiasi untuk mendorong hilirisasi misalnya menyiapkan berbagai modal ventura, mendorong startup, semua akan kita upayakan," imbuhnya.

Menurutnya, Kalbe Farma merupakan salah satu industri yang jadi inovasi sudah tahun ke 6. Komitmennya dalam memberikan award para peneliti bukan sekedar award tapi mengawal mulai dari awal dan menangkap hasil penelitian untuk dihilirisasi menjadi produk.

"Kalbe berinisiasi menangkap hasil riset untuk dihilirkan. Kalbe semakin baik dan menularkan cara-cara kepada perusahaan lain. Konsen pemerintah dalam keberpihakan peneliti pada hasil riset, tentu adalah untuk mensejahterahkan masyarakat," imbuhnya.

11:03 WIB
Riset RKSA 2018 harus Jadi Produk Farmasi untuk Dilempar ke Pasar

Direktur Manufaktur PT Kalbe Farma Tbk, Pre Agusta mengatakan selama ini 80% penelitian masih banyak yang belum sampai ke pasar.

Untuk itu, penelitian dari kegiatan RKSA 2018 diharapkan hasilnya bisa sampai ke pasar melalui strategi hilirisasi.

"RKSA kali ini ada perubahan konsep, sekarang penelitian dari awal dengan diberi award dan pendanaan riset melalui proposal yang diseleksi sampai ditetapkan 3-5 penelitian dengan pendanaan yang kami siapkan Rp1,5 miliar," katanya dalam sambutan RKSA 2018, Selasa (8/5/2018).

Dia meyakini jika penelitian dilaksanakan hingga hilirisasi bakal mendapatkan hasil yanh dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, di mana konsumen mendapatkan produk yang lebih inovatif, peneliti mendapat royalti, dan industri mendapatkan hasil penjualan, serta pemerintah mendapatkan pajak dari produk tersebut.

"Hilirsasi sangat memberikan manfaatkan bagi sekua stake holder. Diharapkan program seperti ini dapat diikuti oleh industri-industri lainnya," imbuhnya.

10:54 WIB
80% Penelitian Masih Bermuara Dari Perpustakaan

Junaidi Khotib, Wakil Rektor IV Universitas Airlangga, mengatakan kegiatan RistekDikti-Kalbe Science Award 2018 diharapkan dapat meningkatkan hasil penelitian para peneliti.

"Ini merupakan agenda menarik bagi para peneliti dan institusi, karena selama ini 80% penyelenggaraan penelitian masih bermuara pada perpustakaan dan dokumen untuk edukasi ilmiah sehingga hasilnya belum menyentuh pada masyarakat," katanya dalam sambutan RKSA 2018 Selasa (8/5/2018).

Dia mengatakan institusi seperti perguruan tinggi, industri dan pemerintah bertanggung jawab kepada masyarakat bagaimana implementasi dana-dana yang digunakan mampu nemecahkan masalah di masyarakat dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

"Saat ini kendala selain pada lembaga penelitian dan peneliti juga pada industri kita. Memang antara perguruan tinggi dengan penelitian sudah meningkat tapi yg bisa manfaatkan secara masal masih belum banyak," katanya.

Junaidi menambahkan aspek lain yang dapat meningkatkan kegiatan penelitian yakni adanya kerja sama lembaga penelitian dengan pihak industri yang harus dimulai sejak awal. Hasil riset Unair pada 2007-2011 menyebutkan industri PMA telah mengalokasikan dana atau pendapatannya sebanyak 23%-40% untuk program penelitian, sedangkan industri PMDN hanya sekitar 0,06%-0,3% dari pendapatan industri tersebut.

"Namun sebaliknya biaya untuk promosi dan sosilasisasi iklan produk di industri PMDN bisa mencapai 25%-30%, sedangkan industri PMA hanya di bawah 2%," ungkapnya.

Penulis : Peni Widarti
Editor : Sutarno
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro