Kesehatan tulang/Boldsky.com
Health

Kurang Vitamin D Hantui Anak Indonesia

Newswire
Sabtu, 21 Maret 2015 - 12:00
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA-- Masalah kekurangan vitamin D masih menghantui anak-anak di Asia, termasuk Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah kurang terpapar sinar matahari, menurut ahli nutrisi dari Belanda, Dr. Martine Alles.

"Anak-anak ditempatkan di dalam rumah. Orang tua takut anak mereka terkena paparan sinar matahari, belum lagi kekhawatiran anak-anak mereka diculik dan lainnya, " kata Alles yang juga sebagai Direktur Developmental Physiology & Nutrition salah satu produsen makanan dalam acara kesehatan di Jakarta, Jumat (20/3/2015).

Dia mengungkapkan, data dari SEANUTS Indonesia pada 2013memperlihatkan prevalensi kekurangan vitamin D pada anak-anak berusia 2-4,9 tahun ialah sebesar 42,8 persen di perdesaan dan 34,9 persen di perkotaan.  

Angka ini menurut Allen, menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan prevalensi kekurangan vitamin D yang cukup tinggi, setelah Vietnam.

Data serupa pada tahun yang sama (2013) menunjukkan, di Vietnam prevalensi kekurangan vitamin D untuk usia 6-11,9 tahun, mencapai 48,1 persen di perdesaan dan 52,7 persen di perkotaan.

Eropa

Allen mengatakan, sementara di Eropa dan Amerika Serikat kasus kekurangan vitamin D bahkan telah terjadi pada abad ke-19.

Saat itu, kata dia, kurangnya anak-anak terpapar sinar matahari menyebabkan terjadinya insiden riketsia (pertumbuhan tulang dalam bentuk abnormal) terutama di perkotaan.

Oleh karena itu, menurut dia, sebaiknya orangtua sejak dini menstimulasi anak-anak bermain di luar ruangan untuk mendapatkan sinar matahari yang cukup.

"Meningkatnya penyakit riketsia ternyata menyingkapkan manfaat lain vitamin D. Selain memperbaiki pertumbuhan tulang, vitamin D juga berpengaruh pada imunitas adaptif," katanya.

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, pakar gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Profesor Hardinsyah mengatakan waktu terbaik mendapatkan sinar matahari justru bukan pagi-pagi, melainkan setelah pukul 09.00 hingga 13.00.

"Setelah jam sembilan sampai jam satu siang. Bukan pagi-pagi sekali," ujar Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, Hardinsyah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Nancy Junita
Sumber : Antara
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro