Bisnis.com, JAKARTA - Dunia pariwisata saat ini dituntut untuk menciptakan produk dan strategi kreatif yang dapat menggenjot jumlah kunjungan wisatawan asal Singapura sebagai salah satu kontributor terbesar jumlah wisman di Tanah Air.
Berdasarkan data BPS, kontribusi kunjungan wisman dari Singapura pada Agustus 2016 turun menjadi 9,96% dari total capaian jumlah wisman sebesar 1,032 juta. Padahal pada periode yang sama tahun lalu, kontribusinya mencapai 15,13% atau sekitar 128.717 kunjungan.
Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Didien Junaedy mengatakan penurunan itu sudah diprediksi bakal terjadi karena tidak ada terobosan dalam pengembangan di destinasi tersebut.
"Saya pernah bilang Batam suatu saat animo kunjungan ke Batam itu akan berkurang. Oleh karena itu perlu product development, jangan mentang-mentang sudah menjadi great Batam tidak dipikirkan lagi bagaimana mengemas produk yang layak jual," katanya kepada Bisnis, Senin (10/10).
Didien menuturkan dalam beberapa interaksinya dengan pelaku industri pariwisata Singapura, dia mendapat masukan agar di Batam ditambahkan atraksi wisata keluarga.
"Saat ini mayoritas wisatawan ke Batam untuk tujuan belanja. Mereka mulai meminta agar ada produk wisata family tetapi berbeda dengan yang ditawarkan Malaysia. Kami akan pelajari dulu seperti apa paket yang dapat diberikan," tuturnya.
Menurut Didien, pemerintah juga perlu menggenjot destinasi lain di sekitar Batam, seperti wilayah Anambas di Kepulauan Riau yang memiliki potensi besar untuk dijual di pasar Asia Tenggara.
Selain alasan persaingan yang kian ketat maupun alasan situasional lain seperti adanya bulan Puasa, penurunan wisman dari Singapura dipandang lebih karena faktor kejenuhan pasar.
"Saat ini wisatawan Batam dan Bintan kebanyakan repeater dari Singapura, dengan tidak adanya produk yang baru, ini akan membuat orang jenuh," ujar Asisten Deputi Pengembangan Pasar Asia Tenggara Rizki Handayani Mustafa.
Dia mengatakan promosi maupun kerjasama dengan airlines serta event sudah sering dilakukan, namun hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Rizki pun mendorong pemerintah daerah maupun pelaku industri membuat atraksi baru, produk baru atau cara pengemasan yang baru.
"Produk baru yang ditampilkan harus lebih ke segmented market, tidak bisa lagi untuk mass market seperti selama ini. Misalnya yang potensial, wisata spa, wisata budaya, family atau jenis wisata lain untuk membidik komunitas-komunitas," tuturnya.
Dia juga menekankan, wisatawan dari Singapura memiliki karakter yang lebih sensitif pada isu keamanan, kebersihan dan kenyamanan. Isu terorisme yang berkembang baru-baru ini di Batam juga perlu diminimalisir.
Secara terpisah, Ketua Umum Association of the Indonesia Tours and Travel Agencies (Asita) Asnawi Bahar menyampaikan pelaku industri juga mulai merasakan penurunan turis dari pasar Singapura maupun kawasan Asia Tenggara secara keseluruhan.
Asnawi berujar persaingan kian ketat terutama dengan Malaysia sebagai kompetitor utama maupun negara-negara lain yang juga memperebutkan pasar Asia Tenggara.
"Karena itu perlu terobosan di daerah yang menjadi destinasi utama kunjungan wisman dari Malaysia dan Singapura. Kita perlu menggencarkan promosi, menumbuhkan destinasi dan atraksi di destinasi serta membuat event-event," ujarnya.
Asita sendiri mengungkapkan pihaknya melakukan beberapa strategi untuk meningkatkan penjualan paket wisata ke pasar Asean.
Misalnya lewat event Kepri Travel Mart yang diikuti 40 buyer dari Singapura dan Malaysia dengan ekspektasi mampu menambah 5.000 wisman. Selain itu Asita juga mengadakan fam trips dengan melibatkan konsultan, tour agent serta media dari Singapura, Malaysia dan Vietnam.
"Ini kami lakukan untuk menggenjot pasar Asean. Harapan kami pemerintah khususnya Pemda Batam juga dapat ikut memberikan dukungan, kami melihat saat ini pemerintah setempat tidak menunjukkan terobosan baru," ujarnya.