Pongki Pamungkas/Jibi
Referensi

Elek Yo Band

Bagikan

“Jangan pernah mengajak berkelahi orang-orang yang jelek. Mereka tak akan kehilangan apa pun (nothing to lose).” (Robin Williams)

Judul artikel ini, rasanya sebagian besar orang sudah tahu, adalah nama sebuah grup musik atau band yang ngetop belakangan ini. Band yang beranggotakan menteri Kabinet Kerja ini tampil perdana, terbentuk pada acara pernikahan anak Mensesneg. Ada Basuki Hadimuljono, Menteri PUPR (drummer), Sri Mulyani, Menkeu (vokal), Budi Karya Sumadi, Menhub (gitar), Hanif Dhakiri, Menaker (gitar ), dan Retno Marsudi, Menlu (vokal ).

Band ini selain ngetop karena faktor jabatan para pemainnya, juga karena namanya yang unik dan jenaka Elek Yo Band (elek yo ben, bahasa Jawa). Artinya adalah ‘jelek, biarin”. Ada nuansa cuek dalam kalimat itu. Biar saja jelek, yang penting “nge-band”.

Saya senang melihat aktivitas ini. Aktivitas para pejabat negara yang menyehatkan dan membuat atmosfer kehidupan politik pemerintahan menjadi cair. Suatu aktivitas langka, sekumpulan ‘pembantu’ pejabat tertinggi negara ini berkumpul dan bernyanyi, bekerja sama dalam seni.

Hal itu menunjukkan adanya atmosfer kegembiraan bersama sebagai suatu tim, mengetengahkan suatu kebersamaan dan kekompakan. Ini barang langka di zaman perpolitikan yang penuh dengan srigala pemburu kekuasaan, yang gemar mengumbar ego dan sulit berkolaborasi satu sama lain.

Saya tak hendak membicarakan tingkat musikalitas para anggota band ini. Jelas mereka bukanlah profesional dalam bidang musik. Mereka jelas bermain musik hanya sebagai hobi atau kesenangan pribadi, di tengah berbagai kesibukan mereka sebagai pembantu-pembantu Presiden.

Sekali lagi, yang paling menarik bagi saya adalah penamaan band ini, “jelek, biarin”. Suatu arti yang secara verbal menjadi kalimat yang nyaman di kuping, “Elek Yo Band”. Suatu nama yang selain enak didengar, juga secara semantik, jadi suatu kalimat yang lucu.

Kalimat itu menjadi pernyataan yang mengandung banyak penafsiran. Kata elek atau jelek bisa kita pandang dari banyak sudut dan konteks. Meskipun pada dasarnya bermuara pada sesuatu yang buruk dan dalam beberapa hal, lucu, jenaka.

Misalnya, dari suatu nasihat tetua yang satu ini, “Kalau Anda menyebutkan seseorang itu jelek, jangan lantas menganggap diri Anda rupawan”. Tak dapat dipungkiri, ada beberapa orang yang suka bersikap demikian. Diri sendiri jelek tetapi mungkin karena merasa rupawan. Jadi, suka menghakimi orang lain sebagai orang yang jelek (kayak kecakepan aja). Elek Yo Band, dalam konteks ini, mengingatkan kita agar tak berperilaku buruk seperti itu.

Dalam penafsiran lain, Jelek Yo Band memberikan suatu nasihat yang konstruktif, sebagaimana dikatakan oleh Harbhajan Singh, seorang pemain kriket internasional asal India. “Saya mendefinisikan pertemanan sebagai suatu hal yang tak terhalang oleh batasan-batasan. Bila Anda siap untuk mengharapkan apa saja, semuanya, dari teman-teman Anda, baik, buruk ataupun jelek. Itulah yang kita sebut sebagai persahabatan.”

Pada intinya, hal-hal jelek dalam hubungan pertemanan yang tulus, antara satu orang dan yang lain, bukanlah penghambat persahabatan sejati.

Bisa pula kita tafsirkan, Jelek Yo Band menyindir atau meledek para politikus, seperti dikatakan oleh presenter dan komedian terkemuka, Jay Leno ini,”Politik itu sekadar ‘show business’ bagi orang-orang yang jelek.”

Politik adalah barang dagangan, ladang nafkah bagi para politikus, yang tak dapat disangkal, kebanyakan berperilaku buruk. Menghalalkan segala cara, penuh tipu daya dan sandiwara yang seringkali sangat memalukan, dengan mengabaikan integritas dan jati diri.

Jadi, berhati-hatilah para politikus dalam berucap dan bertingkah laku. Jangan terlalu gampang mengatasnamakan rakyat dalam melakukan sepak terjang politik!

Akan tetapi, tak perlu heran, justru karena ini, namanya juga politikus (poli-tikus) malah bisa dengan bebal bilang, “ Saya dibilang jelek? Biarin.” Elek Yo Ben. Cuek. Mereka malah mendapat senjata untuk bertahan dalam kebebalannya. Namanya saja berembel-embel tikus.

Bisa juga ini pengakuan sebagaimana dituduhkan pelatih bola, The Special One, yang arogan dan berlidah tajam, Jose Maurinho, “Kadang-kadang Anda melihat orang yang rupawan tetapi tak berotak. Kadang-kadang Anda melihat orang yang jelek tetapi pandai, seperti para ilmuwan.”

Pernyataan ini dalam beberapa kasus merupakan suatu realita. Seolah menjadi persepsi umum: kalau rupawan, biasanya bodoh. Sebaliknya, kalau jelek biasanya pintar. Meskipun banyak pula fakta yang lain, sudah jelek, juga bodoh. Di sisi lain, sudah sangat rupawan juga sangat pintar.

Pengakuan menyedihkan diutarakan oleh Rodney Dangerfield, komedian stand up, “Psikiater saya bilang saya gila. Lalu saya minta pandangan orang lain. Orang itu bilang, “Itu benar, dan Anda juga jelek.”

Gila dan jelek. Sungguh sangat menyedihkan. Kalau ditarik ke topik pembicaraan kita, akan menjadi suatu atribut yang sangat berat “Elek lan Edan Yo Band” (jelek dan gila, biarin).

Ada pula nasihat yang sulit saya terapkan, “Jangan pernah pikirkan diri Anda sebagai seorang yang jelek. Pikirkan saja, diri Anda sebagai monyet yang rupawan.” Membuang pikiran bahwa saya jelek saja sudah susah. Lalu diminta membayangkan diri menjadi monyet, Astaghfirullah! Meskipun monyet yang rupawan.

Kembali ke ‘laptop’, semoga Elek Yo Band, harapan saya, tetap akan eksis. Bukan untuk membuat album yang diarahkan ke arah komersial dan profesional. Semoga band yang ‘elek’ ini terus eksis untuk membangun spirit kegembiraan, kebersamaan, dan kerja sama birokrat, yang selama ini konon sulit untuk berintegrasi.

Bagi saya, ini yang jauh lebih penting, “Saya tak peduli sebetapa menarik penampilan Anda, sesuai pikiran Anda. Bila hati dan pikiran Anda buruk, Anda jelek “. Bravo Elek Yo Band!

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro