Sejumlah warga mengerjakan pembuatan motif benang untuk tenun ikat khas Sumba di Desa Prailiu, Sumba Timur, Sabtu (24/6). Kerajinan kain tenun dengan pewarna alami tersebut banyak dikembangkan warga sebagai bisnis sampingan bidang pariwisata, selain penghasilan utama mereka di bidang pertanian dan peternakan. ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana
Fashion

Dibutuhkan Perubahan Pola Pikir untuk Melestarikan Kain Tenun

Asteria Desi Kartika Sari
Sabtu, 17 November 2018 - 13:12
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA--Sangat disayangkan apabila tenun terancam punah karena minimnya usaha pelestarian. Belum lagi ada anggapan bahwa menjadi penenun bukan menjadi pekerjaan yang menjanjikan. Padahal, selain untuk melestarikan kebudayaan, menenun juga bisa menjadi aktivitas untuk menambah pemasukan keluarga.

Guna menjawab hal tersebut, Cita Tenun Indonesia (CTI), perkumpulan para pecinta tenun dari berbagai profesi, memberikan pembinaan teknis kepada perajin tenun di berbagai daerah, sehingga lebih berkualitas.

Ketua CTI Okke Hatta Rajasa mengatakan melalui program-program pelestarian hingga pengembangan, diharapkan dapat memajukan industri tenun Indonesia. Salah satu tantangan yang tengah dihadapi oleh masyarakat adalah cara pandang. Seperti profesi penenun yang kurang menjanjikan, hingga kain tenun hanya dapat digunakan untuk acara adat.

“Mindset mereka perlu diubah, makanya kami melakukan pendekatan dengan pelatihan dan pendampingan. Bukan hanya pelatihan bagaimana mereka menenun, tapi juga hingga pemasaran,” ujar Okke ditemui di Pasific Place dikutip Sabtu (17/11/2018).

Dia mengatakan CTI juga memberikan pembinaan dalam hal promosi dan menyesuaikan kain dengan kebutuhan konsumen agar bisa membantu memperkenalkan tenun dalam dan luar negeri.

Setiap program pelatihan dilakukan selama 1 tahun untuk setiap daerah dan CTI juga bekerja sama dengan berbagai pihak, seperti antropolog, ahli tenun, ahli pewarna, perancang mode, perancang interior, dan ahli pemasaran. Sehingga, para penenun mendapatkan suntikan semangat untuk menghasilkan karya yang optimal.

Kendati begitu, Okke melanjutkan pekerjaan rumah untuk mendorong industri tenun tak hanya sampai di situ. Pasalnya masih ada permasalahan lain yang perlu diperhatikan lebih lanjut, seperti masalah bahan baku yang kurang memadai.

“Karena tidak semua penenun di beberapa daerah menanam bahan bakunya sendiri,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro