Komposer legendaris David Foster (kiri) tampil bersama penyanyi Putri Ayu dalam konser musik Hitman David Foster & Friends yang, di Grand Pacific Hall, Sleman, Yogyakarta, Kamis (6/4/2017) malam./Antara-Andreas Fitri Atmoko
Entertainment

Membenahi Gelaran Festival Musik di Tanah Air

Syaiful Millah
Senin, 29 April 2019 - 21:56
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA -- “Orang Indonesia itu habit-nya unik, mereka [penikmat musik dalam negeri] lebih prefer bayar Rp2 juta untuk nonton konser di Singapura ketimbang bayar Rp2 juta nontonnya di Jakarta."

Kalimat tersebut diungkapkan Presiden Direktur Java Festival Production Dewi Gontha ketika ditanyai tentang perkembangan industri festival musik Indonesia. Pendapat itu disampaikannya karena ada stigma yang melekat bahwa festival musik dalam negeri kurang "kece" dalam berbagai aspek dibandingkan dengan konser yang diadakan di negara-negara tetangga.

Dewi tidak menyalahkan para penikmat musik yang memilih melancong ke luar negeri untuk menikmati konser atau festival musik tertentu. Justru, hal tersebut harus menjadi refleksi pemain industri di bidang ini untuk memecut diri membenahi penyelenggaraan kegiatan yang akan direalisasikan.

“Saya enggak nyalahin mereka tentunya, karena harusnya jadi pukulan buat industri. Kalau di luar [negeri] bisa kenapa kita enggak?” ujarnya.

Dewi menilai perkembangan industri festival musik dalam negeri dalam kurun waktu beberapa tahun belakangan terus tumbuh positif dari berbagai hal, misalnya kuantitas promotor yang makin banyak, kualitas penyelenggaraan festival yang terus membaik, dan jumlah kunjungan yang meningkat.

Membenahi Gelaran Festival Musik di Tanah Air

Penampilan Toto, band asal Los Angeles, dalam BNI Java Jazz Festival 2019 di Jakarta, Minggu (3/3/2019)./ANTARA FOTO-Yulius Satria Wijaya

Dia menyebut Java Jazz Festival, yang dipromotori oleh perusahaannya, sudah menjadi acara tahunan dengan jumlah pengunjung yang konsisten meningkat walau tidak lagi besar. Pada tahun ini, acara tersebut mampu mendatangkan sekitar 112.000 pengunjung dari berbagai negara.

Selain itu, lanjut Dewi, manajemen grup musik luar negeri saat ini melihat Indonesia sebagai pasar yang berpotensi untuk mereka sambangi. Padahal, sebelumnya, Indonesia selalu menjadi pilihan buncit yang menjadikan promotor kesulitan mendatangkan grup musik papan atas dunia.

Keberadaan festival musik berskala internasional di Tanah Air, tak bisa ditampik juga  menjadi panggung bagi para musisi lokal untuk unjuk gigi memperlihatkan kebolehan kualitas musik Indonesia.

“Buat saya makin banyak pemain yang masuk itu makin baik, karena pada akhirnya yang penting adalah Indonesia diakui sebagai negara yang mampu mengadakan festival musik berstandar internasional. Ini yang akan mendorong industri musik melangkah jauh ke depan,” ungkapnya.

Sebagai pelaku yang telah berkecimpung 15 tahun di industri ini, Dewi berpesan agar para promotor dan pemain industri tidak hanya fokus mendatangkan grup musik legendaris ke dalam negeri tetapi juga memperhatikan kualitas penyelenggaraan acara yang berkaitan dengan para musisi dan pengunjung.

Persaingan Industri Festival Musik
Dewi menilai maraknya pemain industri musik yang bergerak dalam penyelenggaraan acara besar di Indonesia sebagai hal yang positif. Dirinya mengaku tidak merasa tersaingi dan takut kehilangan penonton dengan semakin banyaknya promotor yang muncul.

“Balik lagi, buat saya semakin banyak [pemain industrinya] semakin baik, yang penting kita bagi-bagi lahan,” imbuh Dewi.

Membenahi Gelaran Festival Musik di Tanah Air

Aksi panggung grup musik Kodaline saat tampil menghibur penggemarnya di Istora Senayan, Jakarta, Jumat (1/3/2019)./ANTARA FOTO-Dhemas Reviyanto

Representatif Supermusic Vicky Setiawan mengamini bahwa kemunculan berbagai acara festival musik dari para pelaku industri, mulai dari tingkat lokal hingga internasional, menunjukkan bahwa ekosistem musik di Indonesia terus berkembang dan maju.

Hal ini juga menjadi keuntungan bagi para pecinta musik di Indonesia. Pasalnya, makin banyak pilihan festival musik dari berbagai genre dan masyarakat tinggal memilih sesuai minat serta preferensi masing-masing.

Ada Java Jazz Festival bagi penikmat genre musik jazz, Djakarta Warehouse Project (DWP) untuk penggemar genre Electronic Dance Music (EDM), Folk Music Festival yang menyuguhkan alunan musik folklore, atau festival musik berbagai genre seperti We The Fest, Soundrenaline, Hodgepodge, dan masih banyak lagi.

“Indonesia punya ekosistem musik yang luar biasa. Promotor ada banyak, penonton kita punya, suguhan musik ada ditambah budaya yang menjadi unsur unik. Hanya memang perlu waktu. Kami percaya nanti musik akan menjadi industri besar,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Syaiful Millah
Editor : Annisa Margrit
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro