Pemaparan seputar terapi sel punca./Istimewa
Health

Terapi Stem Cell Bisa Berkembang Jika Didukung Pemerintah

Newswire
Selasa, 13 Agustus 2019 - 18:36
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Pengobatan melalui terapi sel punca atau stem cell menjadi salah satu  rujukan pasien yang ingin mencari alternatif penyembuhan. Terapi ini menjadi harapan baru dunia kedokteran untuk menjawab pengobatan berbagai penyakit yang selama ini kerap diklaim sebagai sulit disembuhkan.

Selain itu, untuk kecantikan tetapi ada sejumlah kendala yang menjadi tantangan. “Riset pengembangan di bidang sel punca semakin pesat di dunia dan juga di  Indonesia. Peminatnya juga banyak baik dari dalam negeri maupun luar negeri,"  ujar pakar stem cell, dr. M. Syaifuddin, MARS, dari klinik MMC Lamongan,  dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (13/8).

Di Indonesia perhatian dan penelitian dalam bidang sel punca (stem cell)  mengalami kemajuan yang amat pesat. Para peneliti menggunakan sel punca  untuk mengetahui dan mempelajari proses pertumbuhan dan perkembangan jaringan tubuh manusia serta patogenesis penyakit-penyakit yang diderita. Dari situ pula penyembuhan melalui terapi ini dapat dilakukan.

Penggunaan sel punca dalam perngobatan penyakit-penyakit yang sudah tidak  mungkin untuk diobati lagi baik secara konservatif maupun operatif, khususnya penyakit degeneratif ataupun kelainan lainnya. Dalam bidang farmakologi para peneliti juga menggunakan sel punca untuk menguji obat-obat baru.

"Sel punca (stem cell) mempunyai kemampuan untuk mengganti sel yang rusak  atau sakit. Stem cell berfungsi untuk mengembalikan keremajaan sel. Regenerasi sel ini berfungsi untuk mengembalikan stamina dan peremajaan tubuh sehingga tampak awet muda, serta bisa untuk menyembuhkan penyakit," tambahnya.

Terapi sel punca atau stem cell merupakan terobosan kedokteran untuk mereparasi sel yang rusak dengan menanamkan sel baru dengan jenis dan fungsi yang sama. Terapi ini selama ini telah terbukti berhasil menolong banyak  pasien di klinik MMC Lamongan dan juga di dua rumah sakit yang sudah mengembangkannya yakni RS Ciptomangunkusumo Jakarta dan RS Dr Soetomo Surabaya.

"Ada dua jenis metode terapi sel punca yakni autologus jika sel punca diambil dari tubuh pasien dan alogenik yakni sel punca yang diambil dari organ tubuh  orang lain," ujar dokter yang ramah dan tampak awet muda ini meski usianya sudah kepala lima.

Syaifuddin menjelaskan, Autologus adalah sel punca yang diambil dari organ  tubuh pasien sendiri, sedangkan Alogenik merupakan sel punca yang diambil  dari organ tubuh orang lain. "Jadi sel punca itu bagian tubuh kita yang diambil dan dicangkokkan. Asalnya bisa dari sel lemak, sumsum tulang belakang, atau sel tali pusat," ujarnya.

Berbagai kasus penyakit bisa disembuhkan melalui terapi stem cell. Mulai dari  kasus patah tulang gagal sambung, defek tulang panjang, kelumpuhan anak, osteoarthitis, diabetes melitus, luka bakar, penyakit jantung koroner, stroke, autism, parkinson's, leukimia, talasemia dan penyakit lainnya.

Dia menjelaskan, sel punca lebih banyak 'dipanen' ketika masa-masa remaja dan  pertumbuhan. Ketika manusia memasuki umur di atas 30 tahun akan lebih sedikit. Sebagai gambaran, di usia 45 tahun setidaknya manusia akan  mengalami penurunan massa otot satu kilogram setiap dua tahun.

Faktor lingkungan serta gaya hidup juga menjadi faktor utamanya percepatan penuaan  sel-sel dalam tubuh. Untuk mengembalikan keremajaan sel tubuh, setidaknya ada delapan hal yang  bisa dilakukan, diantaranya berolahraga, diet sehat, menghindari stres,   endokrin (hormon), suplemen gen, estetika, imun, dan sel punca.

"Untuk olahraga yang baik itu jam 5.30 pagi dan terpapar sinar matahari pagi. Olahraga di luar jam tersebut hanya bermanfaat untuk pembentukan fisik  (bodi) bukan untuk peremajaan sel," tuturnya.

Jika itu dilakukan maka tubuh akan memiliki mekanisme sendiri melakukan  peremajaan sel. Namun jika hal itu tidak bisa dilakukan alternatif yang bisa dilakukan dengan melakukan terapi stem cell. Dibutuhkan antara satu juta sampai tiga juta sel per kg berat badan. Untuk  penyembuhan. Sementara untuk Pelaksanaan terapi stem cell di Indonesia  memang tak semua rumah sakit bisa melakukannya.

Ada beberapa rumah sakit  yang sudah bisa melakukan layanan dengan persetujuan pemerintah sesuai Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) nomor 32 tahun 2014 tentang  Penetapan Rumah Sakit Pusat Pengembangan Pelayanan Medis Penelitian dan  Pendidikan Bank Jaringan dan Sel Punca. Di antaranya Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo (RSCM) dan RS Dr Soetomo  Surabaya, juga di klinik MMC Lamongan.

Hanya, masalah biaya masih menjadi  kendala bagi pasien yang mau melakukan terapi. Setiap satu stem cell dihargai Rp 1-1,5 per sel tetapi karena yang dibutuhkan jutaan sel setiap kali terapi sehingga biaya yang dikeluarkan tak sedikit. Salah satu pasien yang sukses menjalani proses stem cell adalah mantan  Menteri BUMN Dahlan Iskan, kala itu ia menjalani proses natural killercell (NK cell).  Pengobatan ini berfungsi untuk mempermuda sel dalam tubuh.

Mantan  Dirut PLN ini melakukan proses tersebut dua kali pada akhir 2014 dan pada Februari 2015. Dahlan lebih memilih melakukan stem cell di RS Dr Sutomo Surabaya  ketimbang di Jerman, dokter kenalannya. Hal ini karena  harga  yang dipatok untuk melakukan sistem stem cell Surabaya jauh lebih   murah. ”Bahkan, mungkin yang termurah di dunia. Tapi, hasilnya bagus. Sampai sekarang, saya masih sehat  dan tak punya keluhan apa pun,” terangnya kala  itu.

Walaupun harganya murah, kualitas stem cell di Surabaya tak perlu diragukan.  Dengan melakukan riset secara mandiri, kata Dahlan, RSUD dr Soetomo memiliki kualitas stem cell yang lebih baik daripada yang ada di Jerman.

"Di Jerman para dokter hanya mengembangkan riset yang sudah ada. Karena  itu, kita harus mendukung pengobatan stem cell di sini (RSUD dr Soetomo) agar  bisa dikenal dunia internasional,” paparnya.

Meskipun sudah teruji ampuh untuk mengobati beragam penyakit, namun  dalam praktiknya, kendala biaya yang tidak bisa dijangkau oleh semua orang.  Selain itu ada juga masalah sumber daya manusia, dan infrastruktur  (laboratorium, dan rumah sakit yang mumpuni) menjadi salah satu kendala terhambatnya pengembangan metode penyembuhan stem cell di Indonesia.

"Kita berharap pemerintah membangun fasilitas penelitian, produksi sel punca  secara massal sehingga lebih terjangkau. Juga fasilitas perawatan bagi pasien yang sesuai standar," papar dr Syaifuddin. Hambatan lainnya, belum adanya standar pelayanan untuk penanganan medis  semua jenis penyakit degeneratif. Misalnya, tidak ada ketentuan jelas soal  banyaknya sel punca yang bisa disuntikkan untuk penanganan pada beragam penyakit berbeda.

Sampai saat ini, baru ada dua rumah sakit penerima mandat Kementerian Kesehatan dalam pengembangan sel punca, yakni RSCM dan RSUD Dr. Soetomo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro