Cover poster drama Hotel De Luna - Dok. tvN Korea
Entertainment

Drama Korea yang Ternyata Tak Selalu Menguntungkan

Ria Theresia Situmorang
Selasa, 3 September 2019 - 07:36
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Lebih dari dua dekade lamanya drama korea menjadi tontonan masyarakat Indonesia.

Sebagai salah satu industri hiburan yang tengah berkembang saat ini, Korea menjadi contoh yang baik bagi negara Asia lainnya mengenai bagaimana mengemas konten yang menarik bagi penontonnya.

Di antaranya, ada 3 nama stasiun televisi Korea yang menjadi langganan penyaji konten drama yang diminati pencinta drama korea, yakni KBS, MBC dan SBS, yang hingga hari ini masih menayangkan drama di slot penayangan prime time antara pukul 10 hingga 11 malam.

Namun berita buruk datang beberapa waktu lalu ketika KBS, MBC dan SBS dikabarkan akan berhenti menayangkan drama di jam emas pada slot penayangan Senin dan Selasa malam. Hal ini ternyata dilakukan tiga stasiun televisi besar tersebut demi menekan angka pengeluaran yang jarang mendatangkan profit. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Bukankan drama korea masih diminati?

Drama korea konvensional lesu penonton

Dikutip dari Korea Times, MBC pertama kali mengumumkan rencana akan memutuskan program penayangan drama pada hari Senin dan Selasa malam. Hal ini dilakukan untuk menghindari kompetisi dengan stasiun televisi lain yang juga menayangkan program serial.

Drama Welcome 2 Life menjadi drama terakhir stasiun televisi MBC dalam slot penayangan Senin dan Selasa malam, dan akan digantikan dengan program jurnalisme investigasi Straight.

Drama Korea yang Ternyata Tak Selalu Menguntungkan

SBS mengikuti langkah MBC dengan menjadikan The Secret Life of My Secretary sebagai drama terakhir pada slot penayangan Senin dan Selasa malam yang digantikan dengan reality show terbaru Little Forest.

KBS menjadi urutan terakhir yang mengikuti langkah MBC dan SBS dengan rencana akan menonaktifkan drama pada penayangan Senin dan Selasa malam pada Desember mendatang setelah drama I Wanna Hear Your Song dan Mung Bean Chronicles berakhir.

Ketiganya memiliki kesamaan dalam menyikapi perubahan ini setelah mendapati kenyataan kalau penonton drama konvensional tak lagi menjadi raja rating.

 

Stasiun televisi tak mampu mencetak profit

Keputusan untuk meniadakan program drama dinilai sebagai upaya bertahan hidup di tengah defisit keuangan yang dihadapi tiga pemain besar stasiun televisi dalam industri konten hiburan korea.

KBS dikabarkan sudah menderita sejak tahun lalu dengan catatan kerugian mencapai 58,5 miliar won pada tahun 2018 dan diperkirakan akan kembali defisit sebesar 102 miliar won pada tahun ini.

Kerugian terbesar dialami MBC yang mencatatkan kerugian sebesar 123,7 miliar won pada tahun lalu, dan diproyeksikan akan kembali merugi pada tahun ini.

Meski tidak merugi besar-besaran, stasiun televisi SBS menunjukkan performa yang tidak baik melalui penurunan margin operasinya setiap tahun.

 

Drama Korea yang Ternyata Tak Selalu Menguntungkan

Program drama menjadi salah satu penyumbang kekecewaan tiga stasiun televisi ini, mengingat mayoritas dari drama yang ditayangkan pada slot penayangan Senin dan Selasa malam tak mampu mencetak angka rating diatas 2 digit.

Drama MBC Partners for Justice 2 hanya bisa berakhir dengan rating 9,9 persen, sedangkan drama terbaru KBS Perfume hanya dapat menghasilkan rating 5,9 persen, diikuti dengan rating drama SBS The Secret Life of My Secretary yang menjadi urutan terakhir dengan rating 4,6 persen.

 

Ekspansi ke web series

Stasiun televisi kabel Korea, tvN menjadi salah satu industri media yang menangkap perubahan yang terjadi di dunia konten hiburan melalui channel youtubenya. Pergeseran penonton drama korea yang lebih memilih konten dengan durasi yang lebih ringkas membuat channel youtube tvN D Story yang kebanyakan menampilkan web series justru diminati.

Hal ini diawali dengan popularitas web drama A-Teen yang diproduksi Playlist Global, sebuah studio web drama dibawah sayap portal internet terbesar di Korea, Naver, keluar dengan mini drama remajanya yang hits.

 

Drama Korea yang Ternyata Tak Selalu Menguntungkan

Disiarkan pada Juli 2018, serial berdurasi kurang dari 30 menit ini mampu membuat sensasi di antara para remaja. Premis drama ini sendiri sangat sederhana, yakni kisah tujuh orang remaja yang duduk di bangku SMA dan caranya menghadapi masalah sehari-harinya.

Season keduanya yang rilis pada April 2019 membukukan catatan 300 juta penonton, melewati rekor penonton pada season pertamanya yang hanya berhasil menyita 200 juta penonton di seluruh dunia.

Pada Juni lalu, Playlist Global juga kembali merilis season ke empat dari flagship ‘web drama’-nya berjudul Love Playlist, yang mulai mengudara sejak Maret 2017 dan berhasil meraih total penonton hingga 300 juta.

Hal ini yang membuat banyak perusahaan industri berkembang mulai berbondong-bondong memproduksi web drama dan mulai melebarkan bisnis dengan endorse produk di sela-sela drama. Perkembangan ini juga yang ditangkap aktris Kim Sae-ron yang banyak berkiprah di dunia film layar lebar dengan proyeknya The Man from Nowhere, akhirnya mengambil proyek web drama yang sampai sekarang masih dianggap sebelah mata oleh pemain film Korea kelas wahid.

 

Penonton drama mayoritas adalah remaja

Berbeda dengan drama konvensional yang menampilkan cerita cinta dari aktor dan aktrisnya yang sudah berumur, pakar menyatakan web drama diminati karena penontonnya berasal dari kalangan remaja.

Menurut surveI dari Nasmedia pada tahun 2019 yang dikutip dari Korea Herald, remaja korea menghabiskan rata-rata 123 menit per harinya menonton konten melalui smartphone-nya. Mereka memilih menonton konten video yang lebih singkat dengan penyampaian yang lugas dibanding duduk diam selama 60 menit menonton drama konvensional atau variety show.

“Penonton muda tidak menonton konten yang tidak menyita perhatiannya dalam waktu singkat. Saat ini, sudah ada aktor dan aktris yang mulai menoleh pada media baru. Ini seperti mendobrak dinding antara platform konvensional dan platform baru,” ujar Lee Seul, penulis skrip web drama Love Playlist dalam wawancaranya bersama Korea Herald.

Drama Korea yang Ternyata Tak Selalu Menguntungkan

Sementara Bae Sun-ju dari firma pemasaran digital media menyebut hal ini sangat berdampak pada tren konsumsi yang terjadi di Korea saat ini.

“Perilaku konsumsi generasi muda ini memiliki dampak yang sangat besar pada lingkungan. Mereka dengan cepatnya mengubah tren, kebiasaan dan kultur,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro