Tim Medis Rumah Sakit Pertamina Jaya memeriksa suhu tubuh seorang pegawai di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu (4/3/2020). Pemeriksaan kondisi suhu tubuh bagi pegawai maupun tamu tersebut untuk mengantisipasi penyebaran virus corona atau Covid-19. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Health

Virus Corona Bisa Bertahan Lama di Udara, Bisakah Orang Terinfeksi Ketika Menghirupnya?

Syaiful Millah
Rabu, 29 April 2020 - 13:51
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Para peneliti telah menemukan bahwa partikel atau jejak dari virus corona baru dapat bertahan di udara di ruang-ruang publik.

Ahli virologi di Wuhan University, China menganalisis sampel udara dari berbagai bagian di dua rumah sakit di kota tempat pandemi Covid-19 itu dimulai.

Tingkat virus di udara di tempat-tempat umum tersebut tidak terdeteksi, kecuali di dua tempat yang rawan dengan kerumuman massa. Hal ini dinilai karena pembawa yang terinfeksi berada di tempat tersebut.

Tingkatan yang terdeteksi di ruang isolasi dan ruang pasien berventilasi sangat rendah, tetapi jumlah partikel virus coronanya meningkat di daerah toilet pasien.

Para peneliti juga menemukan beberapa area staf medis miliki virus corona di udara dengan tingkatan yang tinggi, sampai prosedur sanitasi harus dilakukan.

Mereka menyatakan bahwa virus dapat mendarat di alat pelindung diri pekerja medis dan mengudara ketika kit dilepaskan dari tubuh yang menimbulkan gerakan.

Adapun, studi sebelumnya telah menemukan bahwa virus dapat tetap berada di udara tetapi, belum ada cukup bukti untuk mengatakan apakah jumlahnya bisa menjadi risiko bagi orang-orang yang menghirupnya.

Para ilmuwan percara penyakit Covid-19 ini utamanya timbul karena penularan melalui tetesan pernapasan, yang berbeda dengan penularan melalui udara.

Tetesan pernapasan adalah gumpalan cairan yang relatif lebih besar yang dikeluarkan seseorang dengan infeksi ketika mereka batu atau bersin, yang dengan cepat mendarat di permukaan lain karena dorongan gravitasi.

Akan tetapi, virus dapat tetap berada di udara ketika terkandung dalam tetesan yang cukup kecil untuk dapat melayang. Ini menghasilkan aerosol yang berperilaku seperti kabut atau asap.

Penelitian lain yang diterbitkan pada Maret oleh Nebraska University menemukan bukti konkrit dari sebaran virus di udara yang ada di ruang isolasi. Mereka mengumpulkan udara sekitar enam kaki jauhnya dari pasien yang positif Covid-19.

Namun demikian, analisis awal dari 75.500 kasus Covid-19 oleh para ilmuwan China tidak menemukan adanya kasus penularan virus ini melalui udara.

Mereka meyakini bahwa kemungkinan tertular virus bergantung pada jumlah virus yang menyerang tubuh, yang bisa jadi lebih rendah ketika menghirup jejak aerosol virus diudara ketimbang bersentuhan langsung dengan tetesannya.

Studi ini tidak menentukan apakah virus itu menular di daerah rumah sakit, tetapi melihat virus corona ini memiliki potensi menular melalui aerosol.

“Hasil kami menunjukkan bahwa ventilasi ruangan, ruang terbuka, sanitasi pakaian pelindung yang tepat, dan desinfeksi area toilet dapat secara aktif membatasi konsentrasi RNA SAR-CoV-2 dalam aerosol,” kata mereka dalam makalah penelitian.

Mereka menyebut bahwa potensi penularan virus melalui udara masih belum dipahami dan menyerukan adanya penelitian lebih lanjut tentang masalah ini. Penelitian terkait diperlukan karena hasilnya akan menentukan cara penanganan terhadap virus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Syaiful Millah
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro