RSPAD Gatot Soebroto melakukan uji terapi plasma darah untuk pasien Covid-19. JIBI/Bisnis-Nancy Junita
Fashion

3 Tahap Kondisi Perilaku Menghadapi Pandemi Corona, Anda Berada di Tahap Mana?

Dewi Andriani
Sabtu, 16 Mei 2020 - 23:18
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Adanya pandemi virus Corona (Covid-19) telah berdampak pada kehidupan dan keseharian masyarakat.

Secara global, pandemi Covid-19 sudah berlangsung selama beberapa bulan, pemerintah Indonesia pun telah menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk mengendalikan meluasnya wabah Covid-19.

Dampaknya, ruang gerak masyarakat terbatas, kegiatan sebagian kantor dan sekolah ditutup, bahkan tempat peribadatan juga ditutup. Selain itu, transportasi umum dibatasi, sampai adanya pelarangan mudik.

Kebijakan PSBB telah mengubah kehidupan sehari-hari masyarakat, karena semua kegiatan yang tadinya dilakukan di luar rumah menjadi di rumah saja. Dalam kondisi ini, setiap masyarakat diharapkan dapat beradaptasi dengan situasi baru ini, meskipun secara psikologis tidak mudah.

Leonardi Goenawan, Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa RS Pondok Indah mengatakan, setiap orang akan berada dalam strata atau tahap psikologis yang berbeda-beda, bergantung pada ketahanan terhadap stres, latar belakang kesehatan mental, serta dampak disrupsi pandemi terhadap sosial ekonomi.

“Pada umumnya, Anda mengalami tiga tahap kondisi perilaku, yaitu tahap disrupsi, tahap kebingungan dan ketidakpastian, yang berujung pada tahap penerimaan,” ujarnya.

1. Tahap disrupsi

Pada tahap ini, seseorang akan mengalami perubahan pola hidup, perubahan rutinitas sehari-hari, hilangnya kebebasan karena harus hidup dalam karantina atau di rumah saja dan tidak bepergian. Berbagai informasi yang beredar membuat hidup semakin mencekam.

Tidak sedikit yang mengalami kecemasan tinggi karena khawatir tertular, sulit konsentrasi, yang kemudian diikuti oleh perubahan pola makan dan pola tidur.

Penyakit kronis yang sudah lama dialami mulai kembali tidak stabil, termasuk gangguan-gangguan psikis yang sebelumnya pernah dialami.

2. Tahap kebingungan dan ketidakpastian

Pada tahap ini seseorang akan merasa kelelahan secara mental karena merasa tidak adanya kepastian, kehilangan kendali, dan terhentinya sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Kualitas hidup dengan sendirinya menurun, berbagai hal yang biasa dengan mudah terpenuhi, saat ini menjadi mustahil. Di samping daya beli yang menurun drastis, ketersediaan barang juga menjadi langka.

Semua rencana yang sebelumnya terasa sangat mudah dan bisa digapai dalam waktu yang terukur, kini hanya menjadi angan-angan belaka.

Kehidupan berjalan lambat, penuh kejenuhan, dan kekhawatiran. Situasi kecemasan ini dapat meningkatkan konsumsi rokok, alkohol, dan penyalahgunaan obat yang mungkin pada awalnya dimaksudkan untuk meringankan beban pikiran.

3. Tahap penerimaan (dengan standar normal yang baru)

Pada saat seseorang telah berhasil melampaui tahap sebelumnya, maka timbul sikap penerimaan tanpa syarat terhadap kondisi yang ada, dengan diikuti oleh berbagai perubahan dalam pola hidup dan kebiasaan.

Kemampuan adaptasi seseorang membuatnya mampu untuk mengembangkan kebiasaan-kebiasaan baru dan memandang kehidupan dengan cara yang lebih realistis terhadap situasi yang sebelumnya dianggap sebagai disrupsi pada semua aspek kehidupannya.

“Setelah melewati tahap penerimaan dalam menghadapi pandemi, maka Anda mulai terbiasa dengan kondisi the new normal. Pada tahap ini diharapkan Anda sepenuhnya tidak lagi merasa terganggu, bahkan sudah mulai nyaman dengan semua perubahan yang berhubungan dengan adanya pandemi,” terangnya.

Dalam kondisi ini, seseorang akan mulai kembali produktif dan menyenangkan untuk dijalani. Agar tenang menerima keadaan sebagai new normal, berikut ini beberapa hal utama yang harus dilakukan:

• Menjaga kesehatan fisik dan mental seoptimal mungkin

• Sikap menerima tanpa syarat dan realistis

• Memelihara optimisme dan menyadari sepenuhnya bahwa hidup itu dinamis

• Jangan pernah berhenti untuk belajar sesuatu yang baru

• Melihat ke belakang hanya sebagai referensi dan belajar dari kesalahan di masa lalu

• Fokus pada progress bukan pada kesempurnaan

• Langkah kecil selalu lebih baik dari tidak melangkah

Kesehatan jiwa Anda pada masa pandemi Covid-19 perlu Anda perhatikan. Apabila tidak, dapat berdampak pada memburuknya relasi dengan sesama dan kesehatan fisik Anda.

Apabila Anda memerlukan pertolongan dari tenaga profesional untuk menjalani masa pandemi ini, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis kedokteran jiwa atau psikolog.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dewi Andriani
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro