Uji kandidat vaksin Covid-19. /Jhonson & Jhonson
Health

Negara Kaya Amankan Setok Vaksin Covid-19, Bagaimana Nasib Negara Miskin?

Syaiful Millah
Selasa, 20 Oktober 2020 - 12:22
Bagikan

Bisnis.com,JAKARTA – Dunia bertaruh besar pada vaksin sebagai jalan terbaik untuk menciptakan level herd immunity yang diperlukan guna mencapai tingkat infeksi dan kematian yang dapat dikelola. Upaya yang biasanya memakan waktu 10 hingga 15 tahun, tetapi diharapkan tercapai dalam 12 hingga 18 bulan saja.

Perkiraan terbaru menunjukkan bahwa secara global, dibutuhkan hampir 2 miliar dosis vaksin Cvid-19 pada akhir 2021 di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Ini membutuhkan sekitar US$10 miliar hingga US$30 miliar dan menjadi kampanye imunisasi terbesar yang dilakukan.

Begitu vaksin tersedia, negara-negara berpenghasilan tinggi dapat membeli pasokan global. Bagi mereka, masalahnya bukan pada keterjangkauan tetapi bagaimana memprioritaskan siapa yang akan mendapat vaksin dan bagaimana mengatur distribusi dalam jumlah besar.

Access to Covid-19 Tools Accelerator adalah koalisi global termasuk World Health Organization (WHO), Global Alliance for Vaccines and Immunisation (GAVI), dan lebih dari seratus negara. Inisiatif mereka yang bernama Covax saat ini sedang mengerjakan sembilan vaksin dalam tahap uji coba lanjutan.

Inisiatif Covax meminta negara-negara yang dapat membiayai sendiri, agar membuat komitmen keuangan untuk membeli vaksin dan bermaksud menggunakannya sebagai insentif bagi produsen untuk menurunkan harga serta memastikan produksi.

Tetapi siapa yang akan membayar negara-negara yang tidak mampu membeli vaksin? Dan bagaimana kita memastikan bahwa vaksin menjangkau mereka yang miskin dan terpinggirkan?

Dilansir dari Medical Xpress, Selasa (20/10) A.K. Nandakumar, profesor di Brandeis University mengatakan segmen populasi ini lebih terpengaruh oleh virus, tetapi tidak memiliki suara yang sama dengan kelas menengah dan orang kaya.

Dalam waktu normal, negara-negara berpenghasilan tinggi akan mensubsidi biaya vaksin ini untuk negara-negara yang tidak mampu membelinya. Namun, dengan negara-negara ini menghadapi penurunan ekonomi yang signifikan, hanya ada sedikit kemauan membayar vaksin untuk negara lain.

“Dalam skenario yang dijalankan Covax, WHO, GAVI, dan pemain global lainnya harus menggunakan suara mereka dan meningkatkan komitmen pasar untuk menurunkan biaya vaksin ke tingkat yang sangat terjangkau,” katanya.

WHO harus mendorong kebijakan yang memastikan distribusi vaksin yang adil di seluruh dan di dalam negara. World Bank, International Monetary Fund (IMF), dan lainnya yang telah memberikan pembiayaan pandemi ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah harus memerlukan tolok ukur yang eksplisit dan terukur untuk memastikan ekuitas.

Rantai pasokan di seluruh dunia akan sangat tegang dan banyak negara mungkin tidak memiliki kapasitas untuk menangani masalah ini. Perencanaan perlu dilakukan sekarang untuk menilai kemampuan rantai pasokan dan melihat apakah tindakan perbaikan dapat diambil tepat waktu.

“Akhirnya, sangat disayangkan bahwa politik saat ini mempertanyakan kemanjuran vaksin. Kita hanya harus menempatkan kepentingan publik di atas keuntungan politik kecil dan mendorong orang untuk divaksinasi,” ujarnya.

Vaksin adalah taruhan global untuk kembali ke keadaan normal dan kebangkitan ekonomi. Sementara isolasi, penutupan perbatasan, dan penutupan seluruh komunitas membantu memperlambat penyebaran virus, fase berikutnya membutuhkan kerja sama global, transparansi, empati, dan rasa keadilan sosial yang mendalam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Syaiful Millah
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro