Vaksin virus corona (Covid-19) Sinovac telah masuk ke Indonesia. Brasil menilai hasil penggunaan vaksin Covid-19 secara darurat di China, tidak disampaikan secara transparan./Antara-Xinhua
Health

Vaksin Virus Corona Sinovac, Brasil Sebut China Tak Transparan. Ini Sikap Indonesia

Syaiful Millah
Rabu, 16 Desember 2020 - 10:40
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia telah menerima 1,2 juta dosis vaksin virus corona (Covid-19) dari China Sinovac Biotech pada awal bulan ini dan akan menerima bahan baku yang akan digunakan untuk memproduksi 15 juta dosis dari perusahaan yang sama akhir bulan ini.

Selain itu, sebanyak 1,8 juta dosis suntikan juga diharapkan tiba di Indonesia paling lambat pada Januari tahun depan dengan bahan baku tambahan untuk memproduksi 30 juta dosis vaksin corona pada bulan yang sama.

Kesepakatan tersebut menjamin akses prioritas Indonesia ke pengetahuan dalam produksi vaksin virus corona, sehingga perusahaan terkait di dalam negeri yakni Bio Farma dapat memproduksi suntikan dengan bahan baku yang dikirimkan.

Bio Farma merupakan satu-satunya produsen vaksin di Indonesia dan telah bermitra dengan Universitas Padjajaran untuk melakukan uji coba di dalam negeri, terbesar di Asia Tenggara. Uji coba tahap akhir vaksin CoronaVac juga tengah dilakukan di sejumlah negara termasuk Brasil, Chili, dan Turki.

Kepala Uji Klinik Bio Farma Rini Mulia Sari sebelumnya mengatakan bahwa kesepakatan antara Indonesia dan China ini termasuk transfer teknologi. Alhasil, vaksin virus corona yang akan dipasarkan di dalam negeri adalah yang diproduksi oleh Bio Farma.

Sebagaimana diketahui sekitar 1.620 relawan telah mengikuti uji klinis sejak Agustus lalu, yang dijadwalkan berlangsung selama 6 bulan. Berarti hasil uji klinis bakal dirilis sekitar awal tahun depan sebelum nantinya akan diperiksa oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Setelah mendapatkan persetujuan baru lah vaksin bisa digunakan. Sementara itu, Channel News Asia (CNA) melaporkan bahwa Brasil sebagai pusat uji coba vaksin Sinovac menyebut China tidak transparan dalam izin penggunaan otoritas di wilayahnya.

China telah memberikan izin penggunaan darurat terhadap vaksin Sinovac sejak Juni lalu. Akan tetapi, belum diketahui informasi atau data seperti apa yang menjadi kriteria negara itu memberikan izin penggunaan.

Dilaporkan juga bahwa juru bicara Sinovac dan otoritas China belum memberikan komentar. Adapun, perwakilan Sinovac sebelumnya mengatakan bahwa vaksin yang dikembangkan mereka telah mendapatkan hasil yang menjanjikan pada uji klinis fase 1 dan 2.

Dilansir dari CNA, Rabu (16/12) berikut ini adalah beberapa informasi penting terkait vaksin virus corona Covid-19 di Indonesia.

Di mana vaksin yang telah tiba saat ini?

Setelah 1,2 juta dosis vaksin CoronaVac dari Sinovac sampai di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, mereka segera disterilkan. Hasil tersebut kemudian disimpan di tujuh cold storage container untuk kemudian dikirim ke kantor pusat Bio Farma di Bandung.

Sekitar 1.168 personel polisi dan TNI mengawal vaksin tersebut hingga tiba di ibu kota Provinsi Jawa Barat itu. Sekarang vaksin disimpan di Bio Farma dalam pendingin khusus di ruangan bersuhu 2 hingga 8 derajat Celcius.

Ketika vaksin itu datang pada 6 Desember lalu, Presiden Joko Widodo mengaku bersyukur. Menurutnya hal ini akan membuat Indonesia dapat mencegah penyebaran wabah. Namun, vaksinasi massal hanya dapat dilakukan setelah hasil uji klinis keluar dan BPOM memberikan persetujuan.

Bagaimana Sekarang?

Presiden Direktur Bio Farma pada 8 Desember mengatakan dari 1,2 juta dosis tunggal vaksin Sinovac, 568 botol telah dialokasikan untuk uji kualitas yang dilakukan oleh Bio Farma dan BPOM. Sembari menanti hasil uji klinis di Indonesia dan negara lain, pemerintah telah melakukan persiapan distribusi vaksin di seluruh penjuru negara.

Ini termasuk menyiapkan peralatan pendukung dan sumber daya manusia serta menyelesaikan manajemen vaksinasi. Presiden menyebut karena tidak mungkin memvaksinasi semua orang secara bersamaan, masyarakat harus memperhatikan pengumuman dan instruksi dari pihak berwenang.

Pemerintah diketahui menargetkan inokulasi 107 juta orang berusia 18 hingga 59 tahun melalui dua skema. Pertama diawasi oleh Kementerian Kesehatan yakni vaksin gratis kepada sekitar 32 juta orang. Kedua program di bawah Kementerian BUMN yang berbayar untuk sekitar 75 juta orang.

Petugas kesehatan, TNI dan Polri, serta pegawai negeri sipil yang memberikan pelayanan publik secara langsung termasuk dalam kelompok skema pertama. Sementara itu, pekerja di sektor swasta  termasuk dalam kelompok kedua.

Pada 10 Desember lalu, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan proses pendataan dilakukan secara terintegrasi melalui Sistem Informasi Vaksinasi Satu Data untuk Covid-19, yang dikoordinasikan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Sistem itu tidak hanya akan menyaring penerima vaksin yang memenuhi syarat, tetapi juga berfungsi sebagai aplikasi registrasi vaksin pemerintah dan independen, yang akan memetakan pasokan dan distribusi vaksin sekaligus memantau hasil vaksin.

Kapan warga mendapatkan vaksinasi?

BPOM mengatakan bahwa vaksin paling awal bisa diberikan setelah hasil uji klinis diketahui yang dijadwalkan selesai pada akhir Januari. Jika data yang dihasilkan baik, lembaga itu dapat memberi izin penggunaan darurat yang ditujukan untuk petugas kesehatan.

Untuk mewujudkan hal tersebut, vaksin harus memiliki tingkat efektivitas minimal 50 persen. Sementara itu, vaksinasi kelompok non darurat dan kelompok prioritas lain kemungkinan besar dapat dimulai pada  Februari atau Maret tahun depan.

Menteri Kesehatan menjelaskan sekitar 30 persen dari kelompok sasaran akan mendapatkan suntikan secara gratis, tetapi parlemen menyarankan untuk meningkatkan persentase orang yang perlu mendapatkan vaksin gratis tersebut.

Juru Bicara Program Vaksinasi Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmidi mengatakan bahwa Jawa dan Bali akan diprioritaskan terlebih dahulu karena wilayah ini adalah tempat  terpadat di negara dan merupakan pusat penyebaran Covid-19.

Akan lebih banyak vaksin yang datang

Selain vaksin dari Sinovac, Indonesia juga telah membuat kesepakatan dengan pembuat vaksin lainnya seperti vaksin yang dikembangkan Pfizer, vaksin Oxford-AstraZeneca, dan program vaksin global Covax dari World Health Organization (WHO).

Kepala Satgas Pemulihan Ekonomi Budi Gunadi Sadikin mengatakan kepada DPR bahwa mereka juga telah mendapatkan kesepakatan dengan perusahaan Amerika Serikat Novavax dan berencana menggelar pembicaraan dengan Moderna. Dari dalam negeri, Indonesia juga sedang mengembangkan vaksin Merah Putih.

Terawan mengatakan pada pekan lalu bahwa sekitar 246 juta dosis vaksin diperlukan untuk dua program vaksinasi. Adapun Budi menambahkan bahwa pemerintah sejauh ini telah mengamankan 125,5 juta dosis dari Sinovac, 30 juta dari Novavax, dan akan membeli 50 juta dosis dari Pfizer dan AstraZeneca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro