Virus Corona Rusia yang dikembangkan oleh Institut Penelitian Ilmiah Epidemiologi dan Mikrobiologi Gamaleya./Xinhua-RDIF Rusia
Health

Ini 3 Efek Samping Vaksin Covid-19 yang Paling Umum Terjadi

Syaiful Millah
Selasa, 16 Februari 2021 - 12:34
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Seorang ahli dari U.S. Center for Disease Control and Prevention (CDC) baru-baru ini membagikan tiga efek samping yang umum terjadi setelah proses vaksinasi dilakukan.

Dilansir dari Fox News, Selasa (16/2) anggota CDC Amanda Cohn mengatakan bahwa orang pada umumnya memiliki reaksi ringan terhadap vaksin, utamanya setelah dosis kedua. Tiga efek samping yang paling umum adalah rasa sakit, potensi kelelahan, dan demam ringan.

Tapi, lanjutnya, bahwa efek samping ini diharapkan bakal hilang setelah satu atau dua hari setelah suntikan diberikan. “[Efek samping yang timbul] itu bukan Covid-19. Itu adalah reaksi tubuh yang membangun respons kekebalan terhadap protein yang meniru penyakit,” katanya.

Di Amerika Serikat, ada dua vaksin virus corona baru yang telah mendapatkan persetujuan darurat di Amerika Serikat yakni vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna. Keduanya bisa menimbulkan efek samping seperti nyeri dan bengkak di tempat suntikan, demam, menggigil, dan sakit kepala.

Sejak program vaksinasi di negara itu dimulai, banyak pasien yang melaporkan mengalami apa yang disebut sebagai Covid arm setelah suntikan dan yang lain mengalami nyeri. Terkait ini otoritas juga memperingatkan untuk tidak mengonsumsi pereda nyeri yang dijual bebas.

Sementara itu, Direktur National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) Anthony Fauci telah memperingatkan tentang efek sampingnya. Dia mengatakan bahwa pingsan selama sekitar 1 hari bisa saja dialami setelah menerima dosis kedua vaksin Mderna.

Akan tetapi, tidak semua orang yang menerima vaksin akan mengalami efek samping yang serupa dan itu tidak berarti suntikan yang diberikan tidak efektif. Ahli mengatakan perlu waktu beberapa hari atau minggu untuk kekebalan dari vaksin terbentuk.

Dokter penyakit menular dan epidemiologi di Tufts Medical Center Shira Doron mengatakan studi tidak mendukung gagasan bahwa jika orang memiliki reaksi ringan atau tidak ada reaksi, berarti orang tidak terlindungi. Sistem kekebalan sangat kompleks dan berbeda setiap orang.

“Secara keseluruhan orang yang lebih muda cenderung bereaksi lebih keras, wanita memiliki lebih banyak reaksi, dan reaksi dosis kedua lebih menonjol daripada setelah suntikan pertama. Pengalaman orang mungkin sangat berbeda,” katanya.

Richard Ellison, profesor penyakit menular di UMass Medical School mengatakan mereka yang tidak bereaksi setelah vaksinasi mungkin lebih beruntung. Menurutnya orang yang memiliki respons antibodi sangat baik bisa melalui vaksinasi tanpa ada gejala.

Adapun, bagi mereka yang mengalami efek samping vaksin, CDC menyarankan untuk mengkompres basah di tempat suntikan jika mengalami sakit. Sementara bila mengalami demam, disarankan untuk menggunakan pakaian yang tipis dan minum banyak cairan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Syaiful Millah
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro