Ilustrasi dokter. /Saint Anthony Hospital
Health

Protes, Jepang Minta China Hentikan Tes Swab Covid-19 melalui Dubur

Desyinta Nuraini
Selasa, 2 Maret 2021 - 15:42
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Jepang mengimbau pemerintah China untuk berhenti menggunakan tes usap anal Covid-19 pada diplomatnya. Permintaan itu datang sepekan setelah Departemen Luar Negeri AS juga meminta China untuk menghentikan tes tersebut.

Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Katsunobu Kato mengatakan tes usap lewat anus itu menimbulkan rasa sakit psikologis yang hebat kepada warganya.

Karyawan di kedutaan Jepang di Beijing mengatakan bahwa mereka telah berulang kali menjalani tes anal dan merasa itu sebagai tindakan yang memalukan.

"Ini penghinaan ekstrem," kata seorang karyawan kedutaan Jepang dilansir dari Insider, Selasa (2/3/2021).

Bahkan setelah melakukan swab anal, mereka juga diwajibkan melakukan swab PCR. "Saya sangat takut perawat akan lupa menggunakan alat usap baru," kata yang lain.

China memperkenalkan tes swab anal pada Januari setelah adanya penelitian yang mengklaim tes tersebut lebih akurat karena partikel virus Covid-19 berada di rongga anus dan tinja lebih lama daripada di rongga pernapasan.

Kendati demikian, tidak semuanya sepakat tentang penggunaan alat ini. Sekelompok peneliti di Chinese University of Hong Kong menemukan bahwa usapan dubur hanya efektif di antara populasi tertentu, khususnya anak-anak dan bayi.

Bahkan pendukung tes swab dubur, seperti Li Tongzeng yakni spesialis penyakit menular di Rumah Sakit You'an Beijing, menyadari bahwa tes tersebut tidak senyaman usap tenggorokan.

Permintaan Jepang untuk menghentikan tes usap anal datang sepekan setelah Vice melaporkan bahwa Departemen Luar Negeri AS juga meminta China untuk menahan diri dari menggunakan usap anal pada diplomatnya. Hal ini dianggap menjatuhkan martabat mereka.

China awalnya membantah telah memberikan tes usap dubur kepada orang Amerika, tetapi seorang juru bicara Departemen AS mengatakan kepada Vice bahwa rekan-rekannya di Beijing mengakui telah menjalani tes tersebut.

"Departemen Luar Negeri tidak pernah menyetujui pengujian semacam ini dan memprotes langsung kepada Kementerian Luar Negeri ketika kami mengetahui bahwa beberapa staf menjadi sasarannya," kata juru bicara itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Desyinta Nuraini
Editor : Fatkhul Maskur
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro