Covid-19 Varian Delta. /LIPI
Health

Covid-19 Varian Delta Viral Load 1.000 Kali Lebih Tinggi, Lebih Menular, Inkubasi 4 Hari

Sartika Nuralifah
Selasa, 13 Juli 2021 - 09:59
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Penelitian terbaru menunjukkan bahwa varian Delta tidak bisa disepelekan. Hal ini dikarenakan penularan virus varian Delta jauh lebih cepat dibandingkan virus varian lainnya.

Selain itu, viral load dari virus varian Delta pun jauh lebih tinggi dibandingkan dengan varian-varian sebelumnya.

Dalam unggahan Instagramnya, dokter penyakit dalam dr Adinnggar di akun @drningz menjelaskan bagaimana update virus varian Delta.

Dalam postingan tersebut dijelaskan bahwa viral load dari infeksi virus varian Delta pada saat terdiagnosis 1.000 kali lebih tinggi dibandingkan dengan infeksi varian Wuhan di awal tahun 2020. Karena viral loadnya lebih tinggi, maka masa inkubasinya lebih pendek. Biasanya sekitar 3-4 hari.

Konsekuensi viral load yang lebih tinggi menyebabkan virus varian Delta ini lebih mudah menular kepada banyak orang. Selain itu gejala nya pun bisa lebih berat pada siapapun. Viral load yang tinggi juga menyebabkan virus menjadi lebih cepat terdeteksi dengan PCR.

Viral load yag tinggi dapat memudahkan kita untuk bisa jatuh pada kondisi yang berat. Kita dapat meminimalkan jumlah virus yang masuk ke dalam tubuh kita dengan cara meningkatkan penggunaan masker (menggunakan double mask), memastikan ventilasi yang baik, hindari ruangan tertutup dan banyak orang, hindari kerumunan meski di tempat terbuka, perkuat sistem imun kita, jangan lupa untuk melaksanakan pola hidup sehat, vaksin, dan kontrol penyakit komorbid.

Hal tersebut dilakukan bukan hanya untuk mengobati saja, namun untuk menekan penularan virus. Jika penularan tidak ditekan maka jumlah orang yang sakit secara bersamaan akan semakin banyak, sehingga faskes pun akan mengalami kolaps, maka dari itu virus akan semakin banyak bermutasi dan menjadi varian yang baru.

Dilansir dari NPR.org, setelah berbulan-bulan pengumpulan data, para ilmuwan setuju: Varian delta adalah versi virus corona yang paling menular di seluruh dunia. Ini menyebar sekitar 225% lebih cepat dari versi asli virus, dan saat ini mendominasi wabah di Amerika Serikat.

Sebuah studi baru, menjelaskan alasannya. Ditemukan bahwa varian tersebut tumbuh lebih cepat di dalam saluran pernapasan manusia dan ke tingkat yang jauh lebih tinggi, para peneliti di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Provinsi Guangdong melaporkan.

Rata-rata, orang yang terinfeksi varian delta memiliki sekitar 1.000 kali lebih banyak salinan virus di saluran pernapasan mereka daripada mereka yang terinfeksi dengan jenis asli virus corona, studi tersebut melaporkan.

Selain itu, setelah seseorang terkena varian delta, orang tersebut kemungkinan akan lebih cepat menularkan penyakitnya. Rata-rata, butuh sekitar empat hari untuk varian delta untuk mencapai tingkat yang dapat dideteksi di dalam diri seseorang, dibandingkan dengan enam hari untuk varian virus corona asli.

Dalam studi tersebut, para ilmuwan menganalisis pasien COVID-19 yang terlibat dalam wabah pertama varian delta di daratan China, yang terjadi antara 21 Mei dan 18 Juni di Guangzhou, ibu kota provinsi Guangdong. Para peneliti mengukur tingkat virus pada 62 orang yang terlibat dalam wabah itu dan membandingkannya dengan tingkat pada 63 pasien yang terinfeksi pada tahun 2020 dengan versi awal virus.

Temuan mereka menunjukkan bahwa orang yang telah tertular varian delta kemungkinan menyebarkan virus lebih awal dalam perjalanan infeksi mereka.

Dan para ilmuwan menggarisbawahi pentingnya karantina segera selama 14 hari setelah melakukan kontak dengan seseorang yang didiagnosis dengan COVID-19, seperti yang direkomendasikan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS.

Dalam tingkat masyarakat, pastikan semua orang harus memakai masker dengan benar. Selain itu, batasi mobilitas dan interaksi yang tidak perlu, dukung program vaksinasi, dan update ilmu dari para ahli sebisa mungkin jangan membuat dan menyebarkan hoax. Sedangkan dalam tingkat pemerintah, lakukan testing dan tracing yang optimal, tegakkan aturan yang tegas dan tidak tebang pilih, tingkatkan laju dan cangkupan vaksinasi, berantas hoax dengan cara mengendalikan diri dalam beropini.

Atau bahkan lebih baik, mendapatkan vaksinasi lengkap. Data awal menunjukkan bahwa di beberapa negara bagian AS, 99,5% kematian akibat COVID-19 dalam beberapa bulan terakhir adalah di antara orang-orang yang tidak divaksinasi, direktur CDC, Dr. Rochelle Walensky, mengatakan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro