vaksin Covid-19 jenis Pfizer dan Moderna buatan Amerika Serikat/inquirer.net
Health

Disebut Ada Bahan Kimia Berbahaya, Ini Mitos Terkait Vaksin Covid-19

Restu Wahyuning Asih
Jumat, 10 September 2021 - 06:22
Bagikan

Bisnis.com, SOLO - Proses vaksinasi Covid-19 di Indonesia terus mengalami peningkatan.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi mengatakan, capaian vaksinasi di Indonesia sudah lebih dari 100 juta dosis.

Hingga Kamis (9/9/2021), sebanyak 40 juta lebih warga Indonesia sudah mendapat vaksin Covid-19 lengkap hingga tahap kedua.

Sedangkan capaian vaksinasi warga tahap pertama yakni sebanyak 70 juta lebih.

Namun ternyata, mitos-mitos mengenai vaksin Covid-19 masih beredar di tengah masyarakat.

Mitos tersebut disebut bisa menyebabkan gangguan-gangguan yang membuat masyarakat enggan mendapatkan vaksin.

Nah, berikut ini mitos seputar vaksin yang dikutip dari laman Covid19.go.id.

1. Merubah struktur DNA

Deoxyribonucleic Acid (DNA) yang merupakan materi genetik yang menentukan sifat dan karakteristik fisik seseorang disebut akan berubah setelah vaksin COVID-19 masuk ke dalam tubuh.

Menanggapi hal ini, ahli vaksin yang berspesialisasi dalam bidang epidemiologi pneumokokus, Dr. Katherine O'Brien mengatakan, tidak mungkin vaksin dapat mengubah DNA seseorang.

“Kami sudah sering mendengar rumor ini. Kami memiliki dua vaksin sekarang yang disebut sebagai vaksin mRNA, dan tidak mungkin mRNA dapat berubah menjadi DNA sel manusia kita,” kata Kate.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa mRNA, itu instruksi tubuh untuk membuat protein.

Kebanyakan vaksin dikembangkan dengan benar-benar memberikan protein atau memberikan komponen kecil dari kuman yang dicoba untuk divaksinasi.

“Dan ini adalah pendekatan baru di mana alih-alih memberikan bagian kecil itu, kami hanya memberikan instruksi kepada tubuh kita sendiri untuk membuat bagian kecil itu dan kemudian sistem kekebalan alami kita meresponsnya,” jelasnya.

2. Membuat mandul

Vaksin COVID-19 yang disuntikkan kepada penerimanya disebut akan menimbulkan risiko infertilitas atau kesuburan. Gangguan tersebut berupa kemandulan bagi wanita.

Kate yang juga dokter penyakit menular menjelaskan bahwa vaksin yang diberikan tidak dapat menyebabkan kemandulan.

“Ini adalah rumor yang telah beredar tentang banyak vaksin yang berbeda dan rumor tersebut tidak benar. Tidak ada vaksin yang menyebabkan kemandulan,” kata Kate dalam sesi wawancara Episode 24 tentang Vaccine myths vs science bersama World Health Organization (WHO).

3. Ada bahan kimia berbahaya

Yang ketiga, muncul kabar mengenai komposisi vaksin yang didalamnya terdapat bahan kimia.

Bahan itu disebut dapat membahayakan orang yang mendapat vaksin karena menimbulkan efek tertentu.

Kate menegaskan, hal tersebut adalah mitos besar.

Vaksin yang disuntikkan ke penerimanya sudah dipastikan aman.

Semua komponen yang masuk ke dalam vaksin diuji secara berat untuk memastikan bahwa semua yang ada di sana, termasuk dosis aman untuk manusia.

“Vaksin memang mengandung sejumlah elemen yang berbeda dan masing-masing telah diuji. Sebelum diberikan kepada manusia, mereka diuji pada hewan dan diuji untuk masalah apapun pada hewan. Dan baru kemudian mereka masuk ke manusia di mana kami menguji dalam uji klinis dengan puluhan ribu orang akhirnya menerima vaksin sebelum mereka diizinkan untuk digunakan di masyarakat umum,” papar Kate.

Menyoal keamanan, sambung Kate, adalah bagian terpenting dari uji klinis tersebut. Setiap vaksin melewati evaluasi keamanan untuk memastikan bahwa itu aman sebelum digunakan di masyarakat umum.

“Selain itu, pembuatan vaksin memiliki pengawasan kualitas yang konstan sehingga setiap bahan yang masuk ke dalam vaksin dipastikan memiliki kualitas terbaik dan aman untuk digunakan pada manusia,” pungkas sang dokter.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro