Kelelawar/Antara
Health

Peneliti Temukan Virus Terkait Covid di Spesies Kelelawar Tapal Kuda

Ni Luh Anggela
Selasa, 21 September 2021 - 10:07
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Para peneliti di Institut Pasteur Prancis dan Universitas Laos mencari virus yang mirip dengan yang menyebabkan Covid di antara ratusan kelelawar tapal kuda yang tinggal di gua-gua batu kapur di Laos utara.
 
Mereka menemukan tiga dengan domain pengikatan reseptor yang sangat cocok - bagian dari protein lonjakan virus corona yang digunakan untuk mengikat ACE-2 manusia, enzim yang ditargetkan untuk menyebabkan infeksi.
 
Temuan tersebut menunjukkan bahwa virus yang terkait erat dengan SARS-CoV-2 ada di alam, termasuk di beberapa spesies Rhinolophus, atau kelelawar tapal kuda. Penelitian ini mendukung hipotesis bahwa pandemi dimulai dari limpahan virus yang ditularkan oleh kelelawar.
 
Sekitar 1.000 infeksi semacam itu mungkin terjadi setiap hari di Cina selatan dan Asia Tenggara di daerah-daerah dengan populasi kelelawar yang padat dari genus Rhinolophus, sebuah penelitian menemukan pada hari Selasa.
 
“Tiga virus yang ditemukan di Laos, dijuluki BANAL-52, BANAL-103, dan BANAL-236, adalah nenek moyang terdekat dari SARS-CoV-2 yang diketahui hingga saat ini,” kata Marc Eloit, kepala penemuan patogen di Institut Pasteur di Paris, dan rekan penulis, melansir Bloomberg, Selasa (21/9/2021).
 
Marc menambahkan, virus-virus ini mungkin telah berkontribusi pada asal-usul SARS-CoV-2 dan secara intrinsik dapat menimbulkan risiko penularan langsung di masa depan ke manusia.
 
Menurut makalah yang dirilis pada Jumat, yang sedang dipertimbangkan untuk diterbitkan oleh jurnal Nature, domain pengikatan reseptor dari tiga coronavirus Laos lebih dekat dengan SARS-CoV-2 daripada virus RaTG13 yang diidentifikasi pada kelelawar Rhinopholus affinis dari mineshaft Mojiang di provinsi Yunnan, yang dianggap sebagai yang paling cocok dengan strain pandemi. Virus BANAL-236 memiliki domain pengikatan reseptor yang hampir identik dengan virus pandemi.
 
“Domain pengikatan reseptor SARS-CoV-2 tampak tidak biasa ketika pertama kali ditemukan karena hanya ada sedikit virus untuk membandingkannya,” kata Edward Holmes, seorang ahli biologi evolusioner di University of Sydney, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
 
Para peneliti mempelajari 645 kelelawar dari 46 spesies yang ditangkap di empat lokasi: di distrik Fueng dan Meth di provinsi Vientiane, dan di distrik Namor dan Xay di provinsi Oudomxay antara Juli 2020 dan Januari 2021. Kelelawar hidup di daerah karst batu kapur yang umum di Cina, Laos, dan Vietnam di semenanjung Indocina.
 
Makalah ini menyoroti keragaman virus mirip SARS-CoV-2 yang ada pada kelelawar di Asia Tenggara, kata Holmes.
 
Dalam sebuah email, Holmes menyampaikan bahwa saat ini, mereka mengambil sampel lebih banyak dari alam, dan mulai menemukan potongan-potongan urutan gen yang terkait erat ini.
 
“Akhirnya, dengan lebih banyak pengambilan sampel, nenek moyang alami dari seluruh genom SARS-CoV-2 akan terungkap.” katanya.
 
Pengambilan sampel terus-menerus adalah satu-satunya cara untuk memahami asal usul virus ini dan penting agar lebih banyak pengambilan sampel dilakukan di seluruh China karena ini tetap menjadi tempat asal yang paling mungkin.
 
“Studi ini menekankan bahwa virus corona kelelawar yang berpotensi menginfeksi manusia sudah ada di alam dan bisa muncul kapan saja. Ini adalah risiko yang jelas untuk masa depan.” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ni Luh Anggela
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro