Warga menjalani tes usap atau swab test di GSI Lab (Genomik Solidaritas Indonesia Laboratorium), Cilandak, Jakarta, Senin (2/11/2020)./Antara
Health

Ahli Patologi Klinis Khawatirkan Kebijakan Syarat Perjalanan Pengaruhi Jumlah Tes PCR

Ni Luh Anggela
Kamis, 28 Oktober 2021 - 19:23
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Ahli Patologi Klinis UNS, dr Tonang Dwi Ardiyanto mengatakan, rata-rata tujuh hari terakhir ini, jumlah tes PCR naik menjadi 125 persen dari target minimal yaitu 39.000/hari. Proposinya juga naik menjadi 30,38 persen dari biasanya di kisaran 17 hingga 23 persen.
 
Dikhawatirkan, perubahan kebijakan syarat perjalanan memengaruhi jumlah tes PCR karena menurut dr Tonang, selama ini laporan mencakup semua yang dilaporkan ke sistem, tanpa menyertakan indikasi atau alasan tes.
 
“Satu hingga dua bulan lalu, bahkan sempat ada informasi bahwa proporsi tes PCR untuk skrining mencapai 70 persen,” kata dr Tonang melalui akun Facebook miliknya, Kamis (28/10/2021).
 
Dia menambahkan ada kemungkinan bahwa proposisinya semakin tinggi dengan adanya kebijakan baru.
 
“Implikasinya, kita sebaiknya menahan diri dari simpulan terlalu jauh.” katanya.
 
Lebih lanjut dia menjelaskan, rata-rata tujuh hari terakhir, jumlah tes PCR nasional adalah 48.298/hari. 
 
“Proporsi PCR Jakarta terhadap nasional masih tetap di kisaran 46,67 persen. Rata-rata PCR Jakarta 22.000/hari atau 154.036/pekan. Target per hari 1.521/hari atau 10/645/pekan. Berarti PCR di Jakarta mencapai 14.47 kali target minimal. Kalau dianggap 80 persennya adalah PCR non diagnostik (artinya untuk syarat perjalanan, kegiatan dan sejenisnya), maka masih mencapai 2,89 kali target. Angka positivitas Jakarta dalam 7 hari terakhir adalah 0,4 persen.” jelasnya.
 
Di luar Jakarta, 53,33 persen dari total PCR nasional atau 25.757/hari dibagi ke 33 provinsi lainnya.
 
“Bila ditambah kekhawatiran bahwa anggap lah 40 persen (separuh dari proporsi Jakarta) adalah PCR non diagnostik, berarti tinggal 15.454/hari. Padahal target PCR di luar Jakarta adalah 37.400/hari.  Bahkan tidak mencapai separuh dari standar.” jelasnya.
 
Dengan kondisi tersebut, kita harus hati-hati memaknai hasil perhitungan yang dilaporkan. Sudah hampir 1 bulan lebih, angka positivitas di Indonesia dilaporkan di bawah 1 persen. Padahal target nya “hanya” di bawah 5 persen. 
 
“Laporan ‘di bawah 1 persen’ sudah 1 bulan ini tentu mudah membuat kita merasa ‘sudah sangat aman’. Padahal laporan itu didasarkan pada jumlah testing yang masih kurang dari standar,” ungkapnya.
 
Sementara itu, ketika ditanya apakah data tes PCR naik saat ini karena kebijakan wajib PCR untuk semua perjalanan, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular  Langsung Ditjen P2P Menteri Kesehatan (Kemenkes) mengatakan, “Bisa juga kita hanya mencatat dari data yang dilaporkan saja dari lab-lab yang melakukan pemeriksaan,” saat dihubungi Bisnis.com pada Kamis (28/10/2021).
 
Berdasarkan data dari Litbang Kementerian Kesehatan, saat ini sudah ada 884 laboratorium yang tergabung dalam Laboratorium Jejaring Pemeriksa Covid-19 dengan status aktif mengisi data pada aplikasi New-all Record (NAR).
 
Namun dr Nadia menambahkan selain laboratorium PCR, ada laboratorium lain seperti Test Cepat Molekuler (TCM).
 
“Sehingga total pemeriksaan Nucleic Acid Amplification Test (NAAT) itu ada 1100,” katanya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ni Luh Anggela
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro