Bisnis depo air atau air isi ulang masih menggiurkan di tengah pandemi virus corona (Covid-19). /Istimewa
Health

Ramai Soal Galon Isi Ulang Mengandung BPA, Benarkah Berbahaya?

Thomas Mola
Jumat, 3 Desember 2021 - 17:15
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memiliki rencana merevisi Peraturan BPOM No. 31/2018 tentang kemasan pangan olahan. Hal ini diperkirakan bakal mengancam galon isi ulang atau galon guna ulang (GGU) yang selama ini lazim digunakan masyarakat. 

Revisi beleid itu disebutkan bakal mewajibkan GGU yang berbahan polikarbonat (PC) untuk mencantumkan label mengandung Bisfenol A (BPA). Label BPA free atau bebas BPA, dapat dicantumkan pada produk air minum dalam kemasan (AMDK) selain berbahan polikarbonat, yakni botol sekali pakai berbahan polietilena (PET) dan tidak mengandung BPA.

Migrasi BPA ke tubuh manusia melalui bahan pangan ditengarai berdampak buruk pada kesehatan, meski sejumlah penelitian menunjukkan efeknya terbatas pada suhu tinggi. Di sejumlah negara seperti Amerika Serikat dan anggota Uni Eropa, larangan kandungan BPA pada kemasan pangan diterapkan untuk produk bayi dan food contact material.

Lantas seberapa berbahayakah air minum di dalam kemasan galon isi ulang? 

Sejumlah ahli, seperti dokter spesialis onkologi dan dokter spesialis kebidanan serta kandungan menegaskan bahwa hingga saat ini belum pernah menemukan pasien sakit kanker dan gangguan janin karena mengkonsumsi air minum dalam kemasan galon guna ulang.

Pakar pangan bahkan menjelaskan bahwa semua air kemasan yang sudah memiliki ijin edar aman untuk dikonsumsi. Hal-hal tersebut terungkap dalam webinar bertajuk ‘Keamanan Menggunakan Air Galon Guna Ulang di Tengah Isu BPA’.

Dokter spesialis onkologi, Bajuadji menjelaskan bahwa penyakit kanker dibagi dua, yaitu solid (padat) seperti kanker payudara, kanker usus besar, kanker paru, tulang, prostat, dan nonsolid seperti kanker darah (leukemia). Secara etiologi, kanker ada yang berasal dari dalam dan dari luar.

“Faktor internal menjadi paling dominan, di mana 85 persen keganasan kanker itu diturunkan secara genetik, sehingga terjadi kegagalan repair dari sel DNA ke gen yang akan menjadi gen abnormal yang menetap. Inilah yang akan menjadi sel kanker,” ujarnya.

Sementara itu, dari faktor eksternal atau lingkungan, kata dia, bisa disebabkan zat kimia, radiasi, sinar ultraviolet atau zat karsinogen misalnya zat pewarna, atau formalin yang ada pada makanan yang memicu terjadinya keganasan. 

“Jadi, penyebab paling utama adalah genetik. Keduanya faktor lingkungan, seperti kebiasaan merokok, minum alkohol, terpapar sinar ultraviolet matahari, radiasi ionisasi," ujar Badjuadji.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Thomas Mola
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro