JAKARTA: Perancang mode asal Solo yang juga Wakil Ketua II Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) DKI Tuty Adib kini mengembangkan teknik tie dye (ikat celup) dengan mengambil inspirasi dari motif lurik untuk koleksinya.
Tuty menampilkan motif hasil teknik pewarnaan tie dye itu pada busana berlabel Bilqis by Tuty Adib dengan menggunakan chiffon. Dia membuat motif garis-garis yang mengambil inspirasi dari kain lurik dan motif abstrak.
Namun, dia tidak sepenuhnya menerapkan teknik tie dye itu, karena dia tidak mengikat bahan tekstil sebelum diwarnai. “Tapi saya tidak melakukan proses ikat untuk membentuk motif,” kata Tuty setelah peluncuran buku keduanya berjudul Flowing, di Hotel Ambhara Jakarta, Kamis sore, 22 Maret 2012.
Motifnya juga mempunyai gradasi garis-garis dengan kombinasi warna yang mengikuti tren. Dia menghadirkan kombinasi warna elegan untuk mendukung label tersebut yang khusus untuk gaun pesta muslim.
Tuty yang sejak 12 tahun lalu menggunakan bahan chiffon itu mengatakan proses pembuatan motif tersebut juga tergantung pada waktu pengeringan. "Kalau cuaca cerah, hasilnya akan bagus," tuturnya.
“Saya suka deg-degkan kalau cuaca mendung, nanti hasilnya seperti apa,” kata Tuty, yang karyanya juga digemari di negeri jiran.
Tuty yang mempunyai tiga label produk itu memiliki butik antara lain di Jakarta, Banjarmasin, Jambi. Bahkan dia juga mempunyai butik di Kuala Lumpur dan satu negara lain sedang dalam penjajakan.
Perancang lain yang mengembangkan teknik pewarnaan tie dye antara lain Dian Pelangi. Koleksinya juga banyak digemari oleh kaum urban. “Saya mengembangkan motif abstrak yang digabung dengan motif tradisional Palembang,” kata Dian kepada Bisnis, Jumat siang, 23 Maret 2012.
Sebenarnya teknik tie dye itu sudah lama dikenal di Indonesia, bahkan di luar negeri. Setiap daerah mempunyai ciri khas tertentu.
Apa itu tie dye? Arti secara umum tie dye merupakan satu teknik pewarnaan dengan cara diikat lalu dicelup warna untuk menghasilkan motif. Motifnya juga beragam. Kalau kain tradisional kebanyakan menghasilkan motif bentuk gemeometris, bunga, atau binatang.
Adapun motif sekarang kebanyakan abstrak dengan perpaduan warna-warna yang mengikuti tren, sehingga mulai banyak digemari oleh kaum urban.
Teknik tersebut sudah lama di kenal di Indonesia. Penerapannya ada pada benang atau tekstil. Kalau penerapan teknik tersebut pada benang, dikenal dengan tenun ikat antara lain di Bali, NTT, dan Garut.
Ada pula penerapannya langsung pada bahan tekstil antara lain disebut motif jumputan dari Palembang, atau dijahit sesuai motif seperti sasirangan dari Banjarmasin.(msb)