TOKYO: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyatakan pengenaan biaya pengurusan visa senilai US$25 per orang secara permanen dikhawatirkan dapat mengancam pertumbuhan kunjungan turis asing ke Indonesia.
Menteri Pariwista dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari Elka Pangestu mengatakan pemerintah menerima banyak keluhan dari pelaku usaha jasa pariwista asal Jepang yang terhimpun dalam Japan Association Travel Agencies (JATA) akibat kebijakan bea visa tersebut.
Menurut para pebisnis itu, lanjut Menparekraf, negara-negara lain seperti Singapura, Malaysia, Filipina, tak menetapkan biaya visa bahkan mereka bebas mendapatkan visa dengan mudah.
“Kami akan mengusulkan kepada Kementerian Keuangan agar penerapan bea visa ini bisa menjadi salah satu agenda pembahasan. Mudah-mudahan bisa ditemukan solusi terbaik,” tuturnya seusai mengunjungi stan pariwisata Indonesia dalam JATA Tourism Forum & Travel Showcase, 20 – 23 September, hari ini (Sabtu 21/9/2012).
Pameran wisata tingkat dunia itu diikuti oleh 156 negara. Sementara itu, pelaku usaha pariwisata Indonesia yang mengikuti acara tersebut mencapai 20 orang yang tergabung dalam Bali Rasa Sayang, konsorsium agen perjalanan yang mendatangkan turis asing Jepang ke Bali.
Nia Niscaya, Direktur Pemasaran Pariwisata Luar Negeri Ditjen Pemasaran Pariwista Kemenparekraf, mengatakan pengenaan biaya pengurusan visa tersebut berlaku untuk seluruh turis asing yang akan berkunjung ke Indonesia. Menurutnya, tidak sulit bagi kementerian terkait untuk menghilangkan biaya tersebut.
“Jika dengan membebaskan biaya tersebut ternyata bisa berdampak positif bagi peningkatan kunjungan turis asing, tentu penerimaan dari sektor-sektor pendukung pariwisata seperti okupansi hotel, resort dan belanja produk-produk ekonomi kreatif otomatis meningkat,” terangnya.
Selain hambatan itu, lanjut Mari, pebisnis wisata Jepang juga kerap mempertanyakan dan mengkhawatirkan kondisi keamanan di Indonesia. Dengan berbagai gangguan keamanan yang sering terjadi, turis Jepang banyak yang enggan berkunjung ke Indonesia.
Hal tersebut disampaikan oleh Chairperson of Japan Association Travel Agents (JATA) Jungo Kikuma dalam pertemuan singkat dengan Menparekraf. Keduanya bertemu di ruang pameran Indonesia pada ajang JATA Tourism Forum & Travel Showcase, gedung Tokyo Big Sight.
Menurut Mari, Indonesia juga mendesak JATA untuk melobi Japan Airlines (JAL) agar maskapai Jepang tersebut membuka kembali rute penerbangan Tokyo – Denpasar. Sebelumnya, JAL menghentikan rute penerbangan tersebut akibat dampak melemahnya ekonomi Negeri Sakura tersebut. (sut)