Bisnis.com, JAKARTA - Said Bahtera harus rela menyingkirkan rokoknya dalam beberapa hari ketika flu menyerang. Setiap musim pancaroba tiba, dia sudah faham dengan gejala yang biasa terjadi. Tenggorokan sakit, hidung mampet hingga demam yang membuatnya istirahat dan meliburkan segala aktivitas.
Pria berusia 23 tahun itu kini punya jurus tersendiri ketika gejala flu menghampiri. Dia sesegera mungkin mengkonsumsi produk vitamin dan berusaha menormalkan jadwal tidur. Maklum, salah satu pegawai perusahaan telekomunikasi di Jakarta itu terbiasa tidur tak jelas waktu. “Kalau udah sakit suka tepar 3-4 hari. Paling lama seminggu,” paparnya kepada Bisnis.
Musim pancaroba memang berpotensi memicu serangan berbagai penyakit yang disebabkan oleh perubahan udara. Kondisi udara yang tidak menentu menyebabkan daya tahan tubuh seseorang rapuh dan tidak terkontrol.
Natalia Arumnareswari, Dokter Umum Rumah Sakit Bunda Jakarta mengatakan penyakit yang biasa menyerang pada musim pancaroba cukup beragam. Namun, yang paling banyak diderita adalah flu, batuk dan diare. Sisanya tipes, bronkitis, demam berdarah dan cikungunyah. “Semua penyakit musim pancaroba ini harus diwaspadai,” paparnya.
Mengutip keterangan resmi buletin Info Askes, ada beberapa hal yang harus diwaspadai pada musim pancaroba. Pertama, penyebaran kuman dan bakteri yang disebabkan perubahan cuaca. Kedua, serangan penyakit dari kondisi tubuh yang rentan akibat lingkungan tidak kondusif. Ketiga, daya tahan tubuh yang menurun diakibatkan kondisi cuaca.
Musim pancaroba biasa menyerang kalangan anak dan lansia lantaran sistem kekebalan tubuh keduanya tidak sebaik orang dewasa. Kondisi ini dipicu oleh keadaan cuaca tak menentu yang hujan dan kadang panas, sehingga debu yang tidak sehat hinggap ke dalam tubuh.
Natalia menjelaskan penyakit pada musim pancaroba tersebut sebetulnya tidak mengenal kalangan. Penyakit datang ketika daya tahan tubuh lemah dan gampang dihinggapi kuman. Untuk itu dia menyarankan agar sebisa mungkin orang hidup sehat baik dari pola makan atau pun tidur.
“Intinya memasuki musim pancaroba pola hidup sehat harus tetap dijaga terutama asupan makanan yang harus dipilah sebaik mungkin. Kalau bisa sumber makanan diperhatikan, bahkan kalau mau konsumsilah makanan dari rumah daripada makanan di jalanan,” katanya.
Penyakit lain yang juga harus diwaspadai adalah demam berdarah (DBD) dan diare. Yang harus diperhatikan dari DBD adalah genangan air yang biasa diabaikan baik di lingkungan rumah atau pun di tempat lain. Genangan air ini memicu nyamuk aedes aegypti terus berkembang biak.
Bagaimana mencegah penyebaran nyamuk aedes aegypti? Biasanya jentik-jentik nyamuk bersarang di tempat-tempat air yang jarang dipakai. Untuk itu, ada baiknya perabotan tak terpakai yang berpotensi terisi air hujan seperti kaleng, botol, plastik dan barang lainnya untuk dibuang. Pembuangan barang tersebut juga harus dipastikan dalam keadaan tertutup atau tidak membuat genangan air pada hujan berikutnya.
Dan yang paling penting lagi adalah membersihkan sarang nyamuk yang berada di selokan. Biasanya nyamuk-nyamuk betah dan selalu hidup di tempat lembab. “Untuk itu ada baiknya secara rutin membersihkan tempat-tempat bersarang nyamuk dengan menyemprotkan racun khusus.”
Adapun, bahaya diare yang kerap menyerang penduduk Indonesia adalah pada kalangan balita. Bahkan menurut catatan Badan Kesehatan Dunia (WHO), diare merupakan pembunuh nomor satu di dunia. Disinyalir, setiap tahun 100.000 balita di Indonesia meninggal karena diare.
Cara mencegah diare secara tradisional yaitu mencuci tangan dengan bersih. Khususnya ketika hendak menyantap makanan. Pencegahan lain yaitu memperbanyak minum air sehat serta membuang air di tempatnya.
Natalia menambahkan, jika proses pencegahan telah dilakukan dan masih saja terserang penyakit khas pancaroba, pasien harus diperiksa ke para ahli. Karena kebanyakan, katanya, pihak keluarga banyak yang memilih mengurus sendiri pasien dibandingkan ke rumah sakit. “Satu-satunya cara untuk mengobati penyakit ya berobat ke dokter,” ujarnya.