Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda. Masalah gizi kurang masih belum teratasi sepenuhnya, muncul lagi masalah gizi lebih (obesitas), dan kasus gizi lainnya.
Dokter Laila Hayati, Spesialis Gizi RSAB Harapan Kita, menuturkan obesitas menjadi masalah yang patut diberi perhatian khusus.
Secara global, Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 10% anak-anak usia sekolah antara 5-17 tahun, mengalami obesitas.
"Pola makan yang buruk, aktifitas fisik yang kurang, serta rendahnya kontrol orangtua terhadap makanan yang dikonsumsi anak, merupakan faktor dominan yang dapat meningkatkan risiko obesitas pada anak," kata Laila pada acara SOHO#BetterU, dalam rangakaian peringatan Hari Gizi Nasional, di Jakarta, Rabu (22/1/14).
Menurut Laila, obesitas pada anak dapat dicegah. Perlu melakukan beberapa hal di bawah ini:
1. Selalu memantau pertambahan berat badan, dan tinggi badan anak secara teratur.
2. Melakukan penghitungan Indeks Massa Tubuh anak secara berkala.
3. Biasakan anak melakukan aktifitas fisik rutin tiga hingga lima kali seminggu.
4. Melakukan pengontrolan makanan pada anak.
"Bila anak dibiarkan saja makan sesukanya dan tidak berolaraga atau kurang aktifitas pisik, maka akan memunculkan persoalan di masa depan," ungkap Laila.
Sedangkan pada kasus gizi kurang, ujarnya, bertambahnya usia anak tidak disertai dengan penambahan berat badan. Pada banyak kasus, gizi kurang bisa disebabkan karena anak tersebut kekurangan zat besi.
"Idealnya, saat anak bertambah umur, bertambah juga berat dan tinggi tubuhnya. Namun, nutrisi yang tidak seimbang, menyebabkan anak tidak mengalami pertambahan berat badan mencapai berat badan ideal," ungkapnya.
