/Hallmark.com
Health

Ini Tips Menitipkan Anak Anda Kepada Orang Tua

Deliana Pradhita Sari
Minggu, 2 Februari 2014 - 23:30
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Menjadi seorang entrepreneur terkadang menyita waktu Yuliana Dewi (29 tahun) dalam mengurus Adi dan Dea, kedua anak kembarnya yang masih berumur 11 bulan. Belum lagi sang suami yang berlayar ke seantero Eropa untuk mencari nafkah.

Namun, kesibukan yang dialami Yuli, yang mengharuskannya mengurus beberapa butik, rumah kontrakan dan salon tidak membuatnya menyewa seorang baby sitter untuk mengurus si kembar. Lantas apa yang dilakukan Yuli agar mengurus anak dan kerjaannya berjalan seimbang tanpa dampingan suami yang juga sibuk bekerja?

"Saya ga percaya memasrahkan si kembar pada baby sitter. Saya bisa seperti ini karena didikan ibu saya bukan pengasuh, saya ingin si kembar dapat merasakan hal serupa", begitulah ungkapan Yuli saat dihubungi Bisnis belum lama ini.

Psikolog keluarga Pusat Konsultasi Psikologi Terapan (PKPT) Universitas Pancasila Arie Radyaswati mengatakan ada tahapan menitipkan anak kepada orang tua.

“Hal yang paling utama yang harus dilakukan anak adalah berkompromi dengan orang tua, itu hukumnya wajib sebelum memasrahkan anak untuk diasuh oleh mereka,” katanya kepada Bisnis.

Kompromi tersebut, katanya, berupa bagaimana kelonggaran waktu orang tua, apakah orang tua punya kesibukan lain seperti pengajian, arisan atau acara lanjut usia (lansia) lainnya. Kemudian bagaimana kondisi fisik mereka, apakah masih mampu mengurus anak kecil.

Terakhir adalah berapa usia anak ketika dititipkan. Jika kurang dari 1 tahun biasanya masih bisa di-handle oleh nenek atau kakeknya karena anak masih belum banyak aktifitas.

Namun, jika sudah 1 sampai 2 tahun ke atas, bisa dipertimbangkan lagi karena anak mulai giat beraktifitas, belajar berjalan, membuat berantakan isi ruangan dan butuh respon cepat ketika mulai belajar bicara.

“Jika hal tersebut tidak memberatkan, ya boleh saja anak dititipkan ke orang tua karena jarang orang tua yang menolak cucunya kecuali mereka masih produktif bekerja tiap harinya,” tambahnya.

Jika nenek atau kakek sudah tidak bekerja, hendaknya anak memberikan tunjangan berupa uang tetapi bukan semata-mata biaya asuh.

“Jangan beri orang tua jatah “dibayar” perbulan tiap tanggal tertentu, hal itu dapat menyinggung perasaan karena seperti upah asuh perbulan yang pantas diterima. Namun beri mereka bantuan dalam bentuk bukan gaji seperti subsidi memenuhi segala kebutuhan mereka, apa yang mereka butuhkan, tambahan uang untuk membeli sesuatu hingga pemenuhan kebutuhan rekreasi mereka,” terangnya.

Namun bagi Arie, tidak ada jaminan bahwa menitipkan anak pada nenek kakeknya akan menjadikan si anak lebih mandiri atau mendapat didikan yang jauh lebih baik daripada dititipkan di alternatif lain. Terkadang nenek atau kakek terlalu sayang dan akibatnya memanjakan cucu mereka. Ditambah lagi ada beberapa kasus yang ketika si anak dilarang makan permen oleh orang tuanya, tetapi si nenek mengijinkan dengan syarat, “nanti jangan bilang mama papa ya,”. Hal itu juga harus selalu diperhatikan oleh orang tua si anak.

Saran Arie adalah titipkan anak pada sekolah-sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Sekolah dengan model seperti itu memang didesain untuk anak belajar motorik, sosialisasi dan interaksi. Anak akan lebih bisa diharapkan tumbuh kembang di lingkungan yang terstruktur.

“Jam penitipan di PAUD pun hanya sekitar 2 hingga 4 jam. Setelah itu anak masih bisa dititipkan ke nenek dan kakek mereka, jadi tidak terlalu merepotkan,” pungkasnya.

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro