Bisnis.com, MANADO—Rencana pembukaan kembali rute penerbangan Manado-Davao (Filipina) pada 1 September 2014 mendatang disambut baik oleh banyak pihak, mulai dari pemerintah setempat hingga pelaku usaha wisata.
Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Sulut Fredy Walandouw menuturkan pihaknya berharap Manado mampu menjadi hub penerbangan internasional destinasi wisata, baik kawasan Indonesia Timur maupun Filipina.
Di Davao, ungkap Fredy, terdapat banyak objek wisata yang dilarang di Indonesia, mulai dari penari telanjang (striptease), judi (kasino), hingga sabung ayam.
“Ini saya kira objek wisata menarik bagi turis yang ingin berkunjung ke sana dan menjadikan Manado sebagai hub,” tegasnya kepada Bisnis, Jumat (22/8/2014).
Menurut Fredy, rencana pembukaan kembali rute Manado-Davao oleh Sriwijaya Air itu memang dinilai baik bagi dunia pariwisata provinsi tersebut.
Jumlah kunjungan turis diharapkan meningkat, baik wisatawan yang ingin berkunjung ke Manado maupun meneruskan perjalanan wisata ke daerah sekitarnya.
Namun, rute Manado-Davao itu masih terkendala biaya penerbangan yang mahal. Hal itu disebabkan skema penerbangan rute itu masih menggunakan pesawat carter, bukan reguler.
Kondisi itu menyebabkan biaya penerbangan yang harus dikeluarkan penumpang mencapai US$300 (sekitar Rp3 juta lebih) untuk PP pada rute penerbangan Manado-Davao.
Dengan demikian, biro perjalanan wisata di Sulut kesulitan untuk menawarkan paket wisata dengan bujet murah kepada turis.
“Padahal, Silk Air berani menawarkan harga US$200 untuk rute Singapura-Manado PP dengan waktu penerbangan lebih lama sekitar 3 jam, sedangkan Manado-Davao hanya sekitar 1 jam,” tuturnya.
Oleh karena itu, pelaku usaha wisata mendesak pemerintah setempat untuk memberikan subsidi agar biaya penerbangan rute tersebut dapat dijangkau penumpang.
“Bila biaya penerbangan Manado-Davao bisa ditekan hingga US$200, maka saya yakin ini akan diminati wisatawan atau pebisnis,” tuturnya.