Bisnis.com, JAKARTA--- Obesitas baik pada anak maupun dewasa harus segera ditangani agar tak memicu munculnya penyakit lain seperti hipertensi, diabetes tipe dua dan beberapa jenis kanker, namun perlakuannya mesti hati-hati jika penderita anak berusia kurang dari dua tahun, kata dokter spesialis anak dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr. Sudung O. Pardede, Sp. A (K).
"Intervensi masalah obesitas sebaiknya dilakukan setelah usia dua tahun. Karena kalau makanan atau susunya sudah dikurangi sebelum usia tersebut, bisa-bisa perkembangan otaknya malah jadi terganggu," ujar Sudung di Jakarta, Rabu.
Dia mengatakan, saat dua tahun pertama, sirkuit otak anak terbentuk nyaris sempurna dan saat itu asupan makanan penting untuk mengoptimalkan fungsi otak. Bila pada saat itu, asupan makanan dikurangi karena untuk mengatasi obesitas maka perkembangan otak anak bakal terganggu.
Namun, orang tua tak perlu khawatir kesulitan menangani obesitas pada anak. "Penanganan obesitas pada anak lebih mudah ketimbang menangani masalah perkembangan otak yang terganggu. Orang yang bobotnya di atas 100 kg saja bisa kembali punya berat badan normal kok," kata Dudung.
Cara yang bisa dilakukan adalah misalnya dengan memonitor asupan anak dan mengajarkan anak dalam soal memilih asupan gizi seimbang.
Ahli gizi dari Institut Pertanian Bogor Prof. DR. Hardinsyah, MS, mengatakan, ukuran gizi seimbang pada anak sesuai panduan dari Kementerian Kesehatan adalah setidaknya satu piring yang setengahnya adalah sayuran dan buah, sementara setengah piring sisanya karbohidrat (nasi) dan lauk pauk (protein, lemak). "Plus delapan gelas air putih (mineral) dan aktivitas fisik minimal tiga kali sehari masing-masing 40 menit," ujar Hardinsyah.
Dia mengatakan, seorang anak sangat membutuhkan asupan gizi seimbang selama masa pertumbuhannya dan tidak sedikit, kasus obesitas pada anak berlanjut hingga dewasa. "Oleh karena itu, kondisi obesitas pada anak sepatutnya dihindari dengan membiasakan anak menjalankan gaya hidup sehat dengan gizi seimbang," kata dia.