Bisnis.com, Jakarta—Kelebihan berat badan atau obesitas mampu meningkatkan risiko fibrilasi atrium, gangguan detak jantung umum yang dapat menyebabkan pembekuan darah, stroke dan gagal jantung.
Seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (30/5/2015), para peneliti meninjau data dari 51 studi yang pernah dipublikasikan, mencakup lebih dari 600.000 orang dan menemukan bahwa obesitas juga memungkinkan membuat pasien dengan atrial fibrilasi memiliki komplikasi setelah operasi untuk mengatasi kondisi tersebut.
"Risiko akan gangguan detak jantung seperti atrial fibrilasi dapat ditambahkan ke daftar manfaat kesehatan dari pengurangan berat badan," kata penulis studi Dr Prashanthan Sanders, dari University of Adelaide di Australia. "Penurunan berat badan pada pasien yang telah memiliki fibrilasi atrium juga cenderung menguntungkan."
Jutaan orang di seluruh dunia memiliki fibrilasi atrium, yang terjadi ketika, sinyal-sinyal listrik tidak terorganisir cepat menyebabkan dua bilik atas jantung - atrium - berkontraksi sangat cepat dan tidak teratur. Ia berhenti memompa darah ke ruang bawah jantung, atau ventrikel, dan menghalangi kedua bagian jantung dari bekerja sama dengan baik. Gejalanya bisa datang dan pergi.
Menurut WHO, secara global, sebanyak 1,9 miliar orang dewasa mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Obesitas meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, gangguan sendi dan kanker tertentu.
Untuk melihat bagaimana obesitas dapat mempengaruhi kemungkinan mengembangkan fibrilasi atrium, Sanders dan rekannya menganalisis penelitian yang memberikan data pada seberapa sering orang gemuk mendapat fibrilasi atrium atau memiliki prosedur bedah yang dikenal sebagai ablasi untuk meringankan masalah listrik di jantung, jika obat tidak bisa mengendalikannya.
Mereka menilai bagaimana peningkatan indeks massa tubuh (BMI), yang berasal dari tinggi dan berat badan dan berdampak fibrilasi atrium.