Bisnis.com, JAKARTA- Dalam beberapa tahun terakhir masyarakat muslim kelas menengah di Indonesia terus meningkat. Kebutuhan terhadap produk-produk islami juga terus terdongkrak.
Misalnya, produk fashion, di mana saat ini pertumbuhan pakaian muslim di dalam negeri tumbuh sangat pesat, bahkan Indonesia digadang-gadang menjadi pusat busana muslim di dunia.
Banyak desainer pakaian muslim baru yang terus bermunculan dengan menawarkan berbagai karya yang cantik dan inovatif.
Salah satu karya yang sedang berkembang saat ini dan banyak dicari adalah busana pengantin muslimah. Para muslimah banyak yang menyukai gaun pengantin dengan desain yang tidak memperlihatkan lekuk tubuh, tidak menerawang serta kerudung yang menutup dada.
Salah satu pelaku usaha yang fokus ke dalam bisnis fesyen ini adalah Nely Afifi yang berdomisili di Surabaya.
Nely memulai bisnis di dunia fesyen sejak 2006, yang diawali dengan bisnis jual beli busana muslim. Karena persaingan yang cukup ketat, dia pun berusaha untuk meningkatkan kemampuannya di bidang fesyen.
Dia juga mulai mengikuti pendidikan di bidang fesyen dan desain busana muslimah, serta mulai memproduksi sendiri pakaian untuk perempuan muslim.
Lama-kelamaan, dia melihat ternyata bisnis pembuatan pakaian muslimah yang mengkhususkan diri pada gaun pengantin masih sangat jarang, sehingga ceruk pasar tersebut menjadi peluang yang tak disia-siakannya.
“Kebanyakan desainer tidak mengkhususkan diri pada konsumen muslimah, padahal para muslimah memiliki kebutuhan yang berbeda dari konsumen lainnya,” katanya.
Nely mengatakan di Indonesia memang sudah ada beberapa desainer gaun pengantin yang cukup terkenal, tetapi terbatas untuk kalangan atas. Di sisi lain, banyak sekali penjahit, tetapi kualitasnya tidak sesuai yang diharapkan, karena pada dasarnya mereka hanya penjahit dan bukan perancang busana.
“Kami masuk pada kedua sisi tersebut, yakni sebagai fashion designer sekaligus dress maker,” katanya.
Untuk itu, Nely fokus untuk membantu para muslimah agar bisa tampil cantik di hari pernikahan mereka dengan biaya yang tidak terlampau tinggi. Konsumen bisa datang dengan ide gaun pengantin yang mereka inginkan, kemudian Nely membantu untuk mewujudkan gaun impian mereka.
Biasanya, calon pengantin akan menghubungi Nely jauh hari sebelum waktu pelaksanaan pernikahan untuk berkonsultasi mengenai kebutuhan haun pengantin.
Setelah itu, Nely dan timnya akan menggali tentang konsep busana yang diinginkan, hingga desain yang akan disesuaikan dengan konsep pesta pernikahan.
Jika klien tidak memiliki konsep gaun pengantin, Nely akan memberikan contoh desain gaun pengantin yang bisa disesuaikan lagi dengan keinginan konsumen.
Karena basis pasar bisnisnya tersebut adalah online, maka untuk pengukuran baju bisa dilakukan dengan beberapa pilihan. Konsumen bisa melakukan fitting di penjahit lokal sesuai dengan panduan ukuran apa saja yang diperlukan, atau konsumen juga bisa mengirimkan pakaian yang ukurannya sesuai.
“Pada prinsipnya, untuk fitting banyak cara yang bisa dipilih. Kalau pun ada konsumen yang ingin datang langsung ke tempat kami, jika diperlukan bisa dijemput di bandara, karena workshop kami tak jauh dari situ,” katanya.
Setelah semua persiapan pembuatan gaun pengantin lengkap, maka proses produksi pun segera dimulai. Lama pengerjaan tergantung dengan desain yang diinginkan konsumen. Untuk gaun sederhana membutuhkan waktu sekitar dua hingga tiga pekan, dan mencapai satu bulan lebih jika desainnya cukup rumit.
Sementara itu, biaya pembuatan gaun pengantin tersebut mulai dari Rp1,5 juta untuk gaun dengan bahan berkualitas sedang, dan lebih tinggi untuk desain dengan bahan dengan kualitas yang lebih baik.
Nely bisa menerima pesanan sekitar 50 hingga 70 gaun pengantin dalam sebulan, jumlah tersebut di luar pesanan dari butik lainnya, sedangkan proses pengerjaan dibantu oleh penjahit yang mencapai 20 orang.
“Jumlah tenaga kerja masih kurang dibandingkan dengan pesanan gaun yang datang, dan kami agak kesulitan mencari tenaga penjahit karena lulusan SMK Tata Busana lebih suka bekerja di mal daripada mengaplikasikan ilmu mereka,” katanya.
Untuk menyiasati kendala tersebut, Nely terus mencoba merekrut lulusa SMK Tata Busana di daerah, serta mendidik sendiri penjahit dari nol meskipun risikonya mereka bisa dibajak oleh kompetitor.
Adapun, segmentasi konsumen yang disasar Nely adalah para perempuan kelas menengah yang berpendidikan, sadar penampilan dan sadar akan kualitas fesyen dengan harga yang masuk akal.
“Segmen seperti ini sebenarnya sangat rumit, mereka mau barang yang bagus tapi dengan harga yang tidak terlalu mahal, sehingga mereka sangat kritis,” katanya.
Untuk merangkul konsumen tersebut, Nely memasarkan dan mempromosikan jasanya secara online melalui website nelyafifi.com. Di website tersebut konsumen bisa melihat beberapa contoh desain gaun yang sudah diproduksi.
Karena pemasaran secara online tersebut, beberapa kali Nely pun menerima pesanan dari luar negeri, baik pesanan konsumen perseorangan, maupun pesanan dari butik.
“Misalnya konsumen dari Singapura, mereka banyak yang membutuhkan gaun pengantin tetapi penjahit yang mampu melayani kebutuhan tersebut sangat jarang dan mahal,” katanya.
Dengan hal tersebut, Nely melihat ternyata peluang di bisnis yang digelutinya saat ini sangat besar, dengan pasar yang tak hanya sebatas Indonesia, tapi bisa meluas hingga ke negeri jiran.
“Kami optimistis pasar ini masih cukup besar, tinggal bagaimana menggali potensi dan mengasah keterampilan para tenaga penjahit supaya bisa bersaing dengan negara lain,” katanya.
Untuk itu, dalam jangka waktu dekat dia memiliki dua rencana untuk mengembangkan bisnisnya, yakni fokus pada peningkatan jumlah dan kualitas penjahit, serta fokus pada pengembangan pasar.