Fashion

Memetakan Orientasi Industri Kosmetik Global

Wike Dita Herlinda
Sabtu, 20 Februari 2016 - 10:53
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA- Siapapun yang cukup intensif menggunakan dan memantau perkembangan fenomena di media sosial (medsos), pasti menyadari eksistensi beauty society yang merebak sangat pesat di berbagai plafon jejaring sosial.

Komunitas kecantikan tersebut kerap kali melakukan penilaian ataureviewterhadap berbagai produk kecantikan. Pendapat yang dilontarkan oleh para pakar kecantikan dadakan di medsos itu rupanya sangat memengaruhi preferensi pasar terhadap suatu produk kosmetika.

Banyak produk kecantikan yang mendapatkan kepopuleran (hype) berkatreviewyang dilakukan oleh parabeauty gurutersebut. Menyadari hal tersebut, perusahaan-perusahaanmakeuppun berlomba-lomba mendekati komunitas kecantikan untuk dijadikan alat promosi.

Harus diakui, kemunculan parabeauty gurudi dunia dalam jaringan (daring) memberi pengaruh langsung terhadap pesatnya pergerakan industri kosmetika dunia. Tren yang dibawa oleh komunitas kecantikan melahirkan pergeseran pada orientasi industri kosmetika.

Industri kosmetika segmen massal atau menengah ke bawahyang biasa disebutdrugstore makeup/highstreet makeupyang dulu kualitasnya dipandang sebelah mata oleh para konsumen, kini mendapatkan momentum kebangkitannya.

Demikian pula industri kosmetika segmen kelas atas atauluxury makeupyang dulu hanya mampu dijangkau segelintir orang dari ras dan belahan dunia tertentu, kini semakin merambah spektrum pasar dan segmentasi yang lebih luas.

Peran komunitas kecantikan di dunia maya harus diakui telah memacu perbaikan kualitas produkdrugstore makeupmenjadi hampir setara denganluxury makeup. Sebab, banyak dari mereka yang merekomendasikan produk duplikat merek ternama yang lebih terjangkau.

Penata rias profesional dari Puspita Martha International Beauty School Citra Adityana menjelaskan komunitas kecantikan tersebut juga merangsang masyarakat dari kalangan menengah ke bawah untuk ingin tampil dan berdandan tidak kalah glamor dari kaumjetset.

Peluang pasar itu digaruk oleh perusahaan-perusahaanmakeupkelas menengah bawah untuk membuat produk-produk [denga mutu] yang serupa dengan merekhigh endsebagai alternatif lebih murah atau yang biasa disebutdupe, yang bisa dijangkau siapa saja, katanya.

Sebuah data yang dilansir olehBloombergjuga menunjukkan tren kenaikan angka penjualan pada perusahaan-perusahaan kosmetika kelas menengah. Sampel yang paling nyata adalah performa yang ditorehkan oleh LOreal SA.

Seiring dengan meningkatnya minat konsumen terhadap kosmetika kelas atas seperti Urban Decay (UD) atau Yves Saint Laurent (YSL), penjualan terhadap produk-produkmakeupLOreal pun meroket jauh di atas ekspektasi para pengamat.

Di Amerika Utara saja, penjualan produkdrugstore makeuptersebut meroket 5% pada kuartal terakhir 2015, alias lebih pesat ketimbang pembukuan sepanjang paruh pertama tahun lalu.

Sejalan dengan tren kenaikan penjualan yang ditorehkan oleh merek-merek kosmetika kelas menengah, penjualan produk-produkmakeuppapan atas mulai dari Kiehls, UD, hingga YSL pun tumbuh dua dijit sepanjang tahun lalu.

Lantas, selain sebagai akibat merebaknya komunitas kecantikan di media sosial, apa yang menggerakkan momentum kebangkitan industri kosmetika dunia? Dan, akan di bawa ke mana orientasi dunia kecantikan global ke depannya?

ORIENTASI MULTIKULTURAL

Selama berdekade-dekade, mayoritas perusahaan kosmetika papan atas cenderung mengabaikan pangsa pasar minoritas. Kebanyakan produk yang mereka hasilkan hanya mengakomodasi kebutuhan konsumen dari ras dan warna kulit tertentu saja.

Hanya sedikit perusahaanhigh-end makeupyang mau repot-repot memproduksi kosmetika yang cocok digunakan untuk berbagai macam warna kulit dari berbagai ragam ras dan etnis. Dengan kata lain, terdapat ketidakadilan dalam orientasi industri kecantikan dunia.

Namun, sejak kemunculan komunitas kecantikan dan parabeauty gurudi dunia maya, segalanya berubah. Dunia kecantikan yang glamor dan berkilauan itu tidak lagi hanya dikuasai oleh tren dari Barat yang didominasi orang-orang berkulit terang.

Beauty gurumanapun, baik laki-laki, perempuan, maupun transgender; baik berkulit gelap maupun terang; baik dari dunia belahan timur maupun barat, beramai-ramai memengaruhi preferensi pasar terhadap produk kecantikan yang dianggap berkualitas.

Akibatnya, berbagai merek kosmetikamainstreampun berbondong-bondong memperluas seleksi palet warna dan koleksi produk mereka agar dapat menjangkau berbagai latar belakang etnis. Orientasi mereka berubah menjadi lebih multikultur.

Merek-merek seperti LOreal, Cover FX, Fashion Fair, dan Iman Cosmetics adalah contoh dari sebagian perusahaan kosmetika yang mengubah haluan pemasarannya menjadi lebih tidak tersegmentasi untuk kalangan tertentu.

Sebuah studi dari Selig Center for Economic Growth di University of Georgia mengamati para raksasa kecantikan global, seperti Avon dan P&G, sempat mengalami pertumbuhan laba yang melambat karena konsumennya berpaling ke merek-merek yang lebih mengakomodasi kebutuhan konsumen minoritas.

Konsumen saat ini ingin bisa menemukanmakeupyang sesuai dengan warna kulitnya. Jika mayoritas produknya terlalu terang, mereka akan menganggap hal tersebut ofensif karena kebutuhan mereka terabaikan oleh produsen, kata Presiden Cover FX Sharon Collier.

Sejauh ini, sebagian besar pakar kecantikan dunia menilai perusahaan-perusahaanhigh-end makeupdari group Este Lauder Companies, termasuk M.A.C, Clinique, dan Bobbi Brown adalah yang paling berorientasi multikultural dalam produk-produknya.

Berdasarkan laporan perusahaan analis pasar, Kline, produk makeup berbasis multikultur mengalami pertumbuhan penjualan 3,7% pada 2014, alias lebih tinggi dari rerata pertumbuhan pasar kosmetika secara global.

Supermodel kelahiran Somalia, Iman Mohamed Abdulmajid, yang mendirikan Iman Cosmetics pada 1994, mengaku bangga perusahaannya digolongkan sebagai produsen makeup yang dapat menjembatani konsumen berkulit paling terang hingga paling gelap.

Sejalan dengan perkembangan waktu, visi perusahaan kami bergeser menjadi lebih holistik, yaitu bahwa perempuan dari segala jenis warna kulit ingin tampil cantik di mata dunia, tulisnya dalam situs resmiWomens Wear Daily (WWD).

Dengan semakin terbukanya spektrum pasar perusahaan kosmetika tersebut, standar cantik dunia kini tidak lagi hanya dikuasai oleh kelompok bangsa tertentu. Para konsumen yang selama ini terabaikan dan hanya menjadi pengikut tren pun kini telah terliberalisasi.

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro