/Youtube
Show

Teater Bila Malam Bertambah Malam Tampilkan Lakon Semua Manusia Dilahirkan Sama

Tisyrin Naufalty Tsani
Sabtu, 20 Februari 2016 - 07:30
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA--“Tidak sembarang orang bisa terlahir sebagai bangsawan, dan kita harus terus menjaga martabat itu. Aku akan malu sekali kalau dia sampai mengotori nama baikku, apa yang aku katakan pada Sagung Rai? Apa yang aku katakan pada keluarganya? Kalau anakku jadi kawin sama perempuan sudra itu? Tidak, tidak, tidak, tidak tidak, tidak, tidak, tidakkkk… Tidak boleh terjadi, aku melarang keras!”

Penggalan dialog tersebut diucapkan oleh tokoh Gusti Biang dalam pertunjukan teater Bila Malam Bertambah Malam (Tribute to Putu Wijaya) yang berlangsung belum lama ini di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ).

Gusti Biang adalah perempuan tua yang masih memegang teguh sistem kasta. Dia seorang janda dari suami yang dianggap sebagai pahlawan kemerdekaan. Dia tinggal bersama lelaki tua bernama Wayan dan perempuan muda bernama Nyoman yang membantunya sehari-hari.

Pada suatu malam, Nyoman menawarkan berbagai macam obat untuk Gusti Biang agar penyakitnya sembuh. Gusti Biang kerap berkata-kata kasar pada Nyoman dan menganggap gadis yang sudah tinggal bersamanya 18 tahun itu ingin meracuninya.

Gusti Biang juga tak dapat menerima keadaan bahwa anaknya menaruh hati pada Wayan yang tergolong kasta sudra.

Suasana malam hari terlihat kental di panggung lewat cahaya yang terlihat dari lampu minyak di meja. Selain meja, tidak banyak properti lain yang terlihat di atas panggung, hanya ada kursi, dan bangku kotak hitam. Simbol puri dan lukisan almarhum suami Gusti Biyang menjadi latar belakang panggung.

Dialog-dialog yang mengalir berhasil menggambarkan adanya perbedaan kasta antara Gusti Biyang, Wayan, dan Nyoman. Gusti Biyang seringkali melemparkan kata-kata dengan nada kasar kepada kedua orang itu seperti, “leak!”, yang artinya penyihir jahat.

Naskah cerita Bila Malam Bertambah Malam adalah karya sastrawan Putu Wijaya. Pria kelahiran Tabanan, Bali, 11 April 1944 tersebut menciptakan Bila Malam Bertambah Malam saat usianya masih 20-an tahun. Dia terinspirasi dari kisah kawannya yang mengalami percintaan beda kasta.

Kasta sangat berpengaruh terhadap cara berbahasa satu orang dengan orang lainnya. Seseorang harus berbahasa sopan dan hormat terhadap orang lain yang kastanya lebih tinggi. Di Bali terdapat kasta Sudra, Waisya, Satria, dan Brahmana.

Selain kisah cinta, Putu juga memberi bumbu agar lebih berbobot. “Saya kasih latar belakang kisah tentang perjuangan pahlawan,” katanya belum lama ini.

Pertunjukan malam itu dipersembahkan oleh Teater Madania, dalam rangka ulang tahun ke-20 Sekolah Madania dan sebagai apresiasi terhadap Putu yang anaknya mengenyam pendidikan di Sekolah Madania. Putu telah menghasilkan tak sedikit skenario film, sinetron, drama, novel, cerpen, hingga esai.

Para pemain Bila Malam Bertambah Malam merupakan guru dan karyawan Sekolah Madania. “Ini juga sekaligus menjadi sebuah contoh bagi anak-anak bahwa gurunya juga bermain drama, tak hanya mengajarkannya,” kata Sutradara Bila Malam Bertambah Malam Abdul Aziz Wahyudi.

Abdul telah berpengalaman melakoni lebih dari 50 judul sebagai aktor dan mengarahkan lebih dari 30 judul teater sebagai sutradara. Dia adalah sarjana seni teater dari Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung.

Baginya, kisah yang disajikan malam itu memiliki pesan bahwa semua manusia pada dasarnya dilahirkan sama. Pesan tersebut menguat lewat kalimat-kalimat yang dilontarkan Nyoman seperti, “Sekarang orang tidak dinilai dari keturunan, tetapi kepintaran dan kelakuanlah yang menentukan,” atau “Sekarang bukan hanya bangsawan, semua orang patut dihormati kalau baik, begitu semestinya.”

Para pemain menghabiskan waktu berlatih setidaknya selama sebulan.  Mereka adalah Ninik Nimatur Rahmaniah (Gusti Biang), yang merupakan Guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Madania dan aktif berkesenian sebagai pendongeng sejak 1999. Ada pula Yuli Priyanto (Wayan), yang terlibat teater sejak 1987, dan saat ini menjabat sebagai Direktur PT Madania Ekselensia.

Pemain lain Ida Rosanna Siahaan (Nyoman), adalah Guru Pendidikan Agama Kristen, teater adalah hal baru baginya. Sedangkan Muhamad Wahyuni Nafis (Ngurah) adalah Pimpinan tertinggi Sekolah Madania yang sebelumnya juga sudah akrab dengan teater.

Pengarah musik pertunjukan Bila Malam Bertambah Malam hari itu Dessy Sophianty. Para pemain pendukung antara lain Abdul Najib, Anan Junio, dan Aswandi.

 

 

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro