Usia TK atau SD itu membutuhkan asupan protein yang banyak, jadi harus lebih diutamakan ketimbang karbohidrat atau lemak, misalnya saja, daging, ikan, telur, kacang-kacangan, atau biji-bijian. /Bisnis.com
Fashion

Ungkapkan Cinta dengan Bekal Sehat

Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Ditetapkannya Hari Bawa Bekal Nasional pada 12 April sejak 3 tahun lalu, ternyata mampu membangkitkan kembali budaya memberikan bekal makanan kepada anak-anak, yang sering dilakukan oleh orang tua zaman dulu.

Gaya hidup zaman sekarang dengan dahulu tentu jauh berbeda. Bila dulu para ibu selalu memasak dan menyiapkan makanan termasuk sayur dan buah untuk anak-anaknya, saat ini sudah jarang dilakukan oleh ibu-ibu masa kini. Kalaupun menyiapkan makanan, biasanya yang simpel saja seperti nasi, mi dan telur dadar.

Namun, dengan adanya Hari Bawa Bekal Nasional yang awalnya ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan bersama Kementerian Pendidikan Nasional, BPOM, dan PT Tupperware Indonesia ini, setidaknya mendorong kesadaran dan semangat orang tua untuk lebih peduli dengan kesehatan anak Indonesia.

Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya masyarakat—baik di perkotaan maupun perdesaan—yang membawa bekal dalam setiap aktivitasnya. Apalagi, zaman sekarang ini masih banyak ditemukan makanan dan jajanan yang tidak sehat dan berbahaya, baik dari sisi higienitas maupun kandungan zat-zat berbahaya dalam makanan tersebut.

Namun, ada pula alasan lain yang sifatnya jangka panjang dengan membawa bekal sendiri, yakni membantu mengatasi permasalahan kekurangan gizi makro (karbohidrat, protein, dan lemak) dan gizi mikro (vitamin dan mineral).

Kepala Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan Eni Gustina mengungkapkan banyaknya anak-anak usia sekolah yang mengalami masalah kekurangan gizi makro dan mikro yang disebabkan oleh kebiasaan tidak makan sebelum berangkat sekolah. Selain itu, di sekolah pun banyak anak-anak yang mengabaikan makan siangnya.

Padahal, salah satu indikator anak-anak bisa sehat adalah dengan sarapan sebelum mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah, bisa di rumah atau dengan membawa bekal. Kekurangan gizi makro itu dapat terlihat dari berat badan yang tidak sesuai dengan standar World Health Organization (WHO), sedangkan permasalahan yang disebabkan oleh kekurangan gizi mikro seperti anemia dan lain sebagainya.

Jika mengingat Millennium Development Goals (MDGs), hal itu bisa dikaitkan dengan angka kematian ibu dan bayi. Ibu yang mengalami pendarahan, bisa disebabkan oleh anemia yang sudah diderita sejak remaja. Begitu juga dengan kejang saat kehamilan, berdasarkan penelitian berkaitan dengan kekurangan kalsium.

Dengan menyiapkan dan membawakan bekal bagi anak-anak sekolah, tentunya bisa menghin darkan mereka dari jajanan yang tidak sehat.

Tak hanya itu, dari seporsi bekal sehat juga mencerminkan rasa cinta orang tua, terutama ibu kepada anak. Karena rasa cinta itulah sang ibu menyiapkan bekal sehat untuk anak-anaknya demi melindungi sang anak dari 'racun' jajanan tidak sehat. Hal itu pula yang sudah dilakukan Faiza Ahmad kepada anak-anaknya selama 18 tahun ini.

Kendati berstatus sebagai karyawan di perusahaan swasta, ibu tiga anak ini selalu menyempatkan waktu untuk menyiapkan bekal bagi ketiga buah hatinya. “Membawa bekal dari rumah tentu lebih sehat karena kita yang menyiapkan sendiri,” katanya.

Di sisi lain, banyak makanan dan jajanan anak sekolah yang tidak sehat dan mengandung berbagai zat berbahaya. Seperti yang diceritakan Della Puspita, presenter sekaligus aktris berusia 34 tahun ini, zaman dulu semua jajanan terbilang aman karena tidak ada orang menjual makanan yang dicampur dengan bahan kimia atau pengawet. Hampir semua makanan serba organik dan bersih, mulai dari air untuk mencuci makanan hingga alat masaknya.

“Tapi zaman sekarang banyak makanan yang diolah dengan cara yang tidak sehat, misalnya dicampur dengan bahan-bahan berbahaya untuk manusia. Karena itu saya mengupayakan sebisa mungkin agar anak tidak jajan sembarangan,” katanya. Untuk menyiasati agar anak tidak cepat bosan dengan bekal yang diberikan, Della selalu menyiapkan menu makanan sesuai dengan permintaan kedua buah hatinya. Dengan demikian, anak juga bersemangat menghabiskan bekal yang dibawanya.

PELUANG BISNIS

Adanya Hari Bawa Bekal Nasional ternyata tidak hanya menggerakkan budaya membawa bekal pada masyarakat urban, tetapi juga menjadi peluang bisnis. Sebab, tidak semua orang memiliki waktu untuk menyiapkan bekalnya sendiri di rumah.

Oleh karena itu, penyedia antar kirim bekal menjadi lahan bisnis yang menjanjikan. Salah satunya dilakukan oleh chef Dapoer Patoni, Tony Khairul Hakim.

Dia mengatakan penyajian makanan yang baik dan memenuhi kecukupan gizi menjadi syarat penting agar bekal menjadi menarik dan konsumen terhindar dari kebiasaan jajan sembarangan. Bekal makanan sehat—rendah kolesterol dan lemak—yang ditawarkannya tak hanya menyasar para pekerja, tetapi konsumen anak-anak.

Tarifnya pun bervariasi, untuk menu karyawan/dewasa adalah Rp30.000—Rp45.000, dan untuk anak-anak/pelajar adalah Rp27.000—Rp45.000, tergantung pilihan menunya.

TIP ALA CHEF

Bagi Anda yang ingin menyiapkan bekal buat dibawa ke kantor atau ke sekolah, Tony memberikan tip agar membuat menu-menu yang tidak berantakan, seperti nasi campur. Selain itu, sebaiknya berikan menu nasi dengan lauk yang tidak terlalu basah atau terlalu banyak kuah, misalnya, nasi dengan steak dan saus, ditambah salad buah atau sayur, serta buah-buahan.

Secara keseluruhan, usahakan juga untuk menurunkan kadar lemaknya. Misalnya, melalui proses memasak dan pemilihan bahannya. Hindari makanan yang terlalu banyak digoreng. Sebaiknya dipanggang atau ditumis dengan mentega/margarin, atau juga direbus.

Untuk anak-anak, buatlah menu yang sederhana dengan porsi yang tidak terlalu banyak. Anak-anak biasanya tidak suka dengan makanan yang terlalu rumit dan terlalu banyak.

Buatlah bekal yang menarik dan ringkas, seperti nasi bento ayam, cukup nasi, ayam, dan makanan sampingannya. Meskipun sederhana, penampilan tetap penting. Buatlah semenarik mungkin, misalnya dengan bentuk-bentuk tokoh animasi atau kartun. Untuk komposisi gizi, bekal anak-anak sebaiknya lebih dititikberatkan pada protein.

Usia TK atau SD itu membutuhkan asupan protein yang banyak, jadi harus lebih diutamakan ketimbang karbohidrat atau lemak, misalnya saja, daging, ikan, telur, kacang-kacangan, atau biji-bijian. ()

Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Minggu (3/4/2016)
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro