Bisnis.com, BANDUNG – Bocah AP, asal Karawang yang bobotnya mencapai 190 kilogram, sudah 2 tahun ini tak mampu ke sekolah.
Bocah 10 tahun 4 bulan yang duduk di kelas IV SD itu terpaksa belajar dengan bimbingan guru yang datang ke rumah.
Menurut orang tua AP, Ade Somantri, anak bungsu dari dua bersaudara itu hanya bisa berjalan sejauh 10 meter. Ketika hendak ke kamar mandi, dia tak bisa dibiarkan berjalan sendiri.
“Buang air tetap normal, tapi tetap harus diawasi karena takut jatuh,” kata Ade di Rumah Sakit Umum Pusat dr Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Senin (11/6/2016).
Pada Senin siang, AP diboyong ke Bandung diantar Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana dan pejabat terkait untuk dirawat di RSHS. Tujuannya agar bobot tubuh AP berkurang hingga mencapai berat normal, sesuai dengan anak seusianya.
Selain sulit bergerak, AP sulit bernapas pada posisi tertentu. Saat tidur, ia harus telungkup atau tidur sambil duduk. Dari hasil pemeriksaan, tim dokter menduga AP mengalami kegemukan karena pola makan yang berlebihan.
SIMAK: Probiotik Turunkan Berat Badan
Direktur Utama RSHS Bandung Ayi Djembarsari mengatakan, AP sulit bergerak karena bobotnya hampir empat kali dari anak seusianya.
“Dengan menanggung tiga kali dari berat ideal, berjalan akan sulit,” ujarnya.
AP juga tidak bisa tidur tengadah karena kegemukannya menghambat saluran pernapasan di leher.
Obesitas AP diketahui terjadi akibat timbunan lemak di bawah kulit. Selama dua pekan perawatan, tim dokter mengatur pola makan dan asupan AP untuk menurunkan bobot antara 10-20 kilogram. Untuk mencapai berat badan ideal, kata ketua tim dokter kasus pasien obesitas, Julistio Djais, diperlukan waktu berbulan-bulan.
Karena itu, tim dokter akan mendidik keluarga mengendalikan pola makan AP. "Sedot lemak tidak jadi pilihan karena pasien masih anak-anak," kata Julistio.
